Home
Kalender Kegiatan Komunitas
Renungan Prapaskah 2018
Bacaan Harian Bersama John Main
Daily Wisdom
Weekly Teaching
Newsletter
Renungan Bacaan Injil
Bahan Pengajaran
> > Bahasa Indonesia
> > Bahasa Inggris
Cara Bermeditasi
Pokok Pengajaran
Oblat WCCM
Kerabat Meditator


Acara Khusus
Jadwal Pertemuan
Kolom Tanya Jawab
Berita & Foto
Sharing
Kepustakaan
Tentang Kami
Hubungi Kami















Links:
Bahasa Inggris
* WCCM
* Programme | Bonnevaux Centre for Peace
* School of Meditation
* Christian Meditation for Priests












Berita & Foto:

Meditasi: Jendela Untuk Mengenal Allah

Rekoleksi Komunitas Bandung tanggal 18 Juni 2009
bersama dengan Rm Tan Thian Sing MSF


Kita sadar bahwa kita adalah anak-anak Allah tetapi seringkali kita, sebagai anak-anak Allah, merasa sudah mengenal Allah. Merasa tahu tentang Allah membuat kita banyak menggunakan kata-kata yang keluar dari dalam otak kita, namun kita tak dapat berkata banyak saat kita harus menyampaikan pengalaman kita akan Allah.

Sesungguhnya sebagai anak-anak Allah tidaklah cukup hanya memiliki pengetahuan tentang Allah karena yang paling penting adalah mengenal Allah melalui pengalaman pribadi kita sendiri. Allah adalah sedemikian agung dan tanpa batas, tak seorangpun dapat berkata mengenal Bapa seperti Yesus mengenal Bapa. Diperlukan rahmat serta keterbukaan hati seumur hidup untuk membiarkan Allah sendiri yang memperkenalkan diriNya.

Keterbukaan hati selalu ditandai oleh adanya atensi atau perhatian. Pada saat kita diam dan hening maka atensi mencapai puncaknya. Tidak ada keterbukaan hati tanpa adanya atensi, begitu pula sebaliknya.Semakin tinggi tingkat atensi kita pada Allah, semakin lebar hati kita terbuka kepada Allah dan sekaligus semakin menyatukan kita dengan sesama kita, sebagai sesama anak-anak Allah, apapun latar belakang keimanannya.

Jalan menuju keheningan dan ketenangan dapat dicapai melalui jalan meditasi, karena meditasi menjadikan diri kita hening dan tenang dengan atensi penuh pada kehadiran Allah. Demikianlah meditasi merupakan jalan yang diawali dengan langkah pertama berupa kehendak untuk memberikan atensi pada Allah semata, yaitu dengan keputusan sejenak meninggalkan segala pikiran, gagasan, kata-kata dan membiarkan hati kita hanya terpaku pada kasihNya dengan setia mengucapkan mantra Maranatha - (Datanglah Tuhan atau Tuhan sudah datang).

Sesungguhnya kita hanyalah bejana-bejana rapuh yang begitu mudah berpaling mengikuti ego kita. Ego tersembunyi tapi ego menyebabkan kita sering kehilangan tali kekang pengendalian diri. Melalui sikap tubuh saat bermeditasi kita diajak untuk menyadari apa yang kita miliki, kerapuhan bejana diri ini. Berusaha agar tubuh diam dan hadir pada saat kini, merupakan karunia Allah kita, merupakan hal termudah dan termungkin dari yang tidak mungkin kita lakukan untuk mengendalikan jiwa. Saat kita melakukannya dengan setia, kita melihat garis-garis retak bejana akan semakin memudar seiring bertumbuhnya rahmat pengendalian pikiran, dimana ego kita menjadi semakin sederhana, semakin menyerupai kasih Bapa.

Meditasi Kristiani mengajarkan kita untuk meninggalkan segala macam pelanturan, yaitu hal-hal yang mengalihkan perhatian untuk mengucapkan mantra di dalam hati kita, walaupun perlanturan tersebut berupa harapan atau rencana atau keadaan nyaman bahkan yang mungkin terlihat amat rohani sekalipun. Walaupun Meditasi Kristiani tidak menjanjikan apa-apa, kita akan melihat bahwa persatuan kita dengan Allah selama bermeditasi tidak pernah sia-sia. Banyak orang telah bercerita tentang keheranan mereka dengan perubahan baik dalam berpikir dan bertindak terutama ketika dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak nyaman, dimana mereka merasa adanya pengontrolan diri yang tidak dimiliki sebelumnya.

Memberikan atensi penuh di dalam persatuan denganNya melalui jalan bermeditasi berarti senantiasa membiarkan jendela-jendela hati terbuka membiarkan Kasih masuk memperkenalkan diri. Memang manusia adalah bejana yang rapuh sehingga manusia seumur hidup memerlukan usaha untuk mempertahankan jendela hati tetap terbuka. Kita tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mengenal Allah yang maha tak terbatas, tetapi kita dapat memanfaatkan waktu yang masih tersisa.

Segala usaha untuk mengenal Allah melalui pengalaman orang lain dan yang lebih penting mengenal Allah melalui pengalaman kita pribadi merupakan suatu proses seumur hidup. Membiarkan proses ini berjalan terus berarti membiarkan Allah terus membentuk diri kita untuk menjadi semakin mirip denganNya.

Semoga pada saatnya nanti Allah menemukan kita semua sungguh-sungguh sebagai anak-anakNya. Maranatha, Ibu Ancella (Cimahi)



Berita & Foto Lainnya:







Meditasi Kristiani Online:
Praktek dan Pengajaran Singkat
Six Week
Week 1:


Week 2:


Week 3

Week 4

Week 5

Week 6

Subscribe Youtube: Meditasi Kristiani Indonesia



YOUTUBE: