Home
Kalender Kegiatan Komunitas
Renungan Prapaskah 2018
Bacaan Harian Bersama John Main
Daily Wisdom
Weekly Teaching
Newsletter
Renungan Bacaan Injil
Bahan Pengajaran
> > Bahasa Indonesia
> > Bahasa Inggris
Cara Bermeditasi
Pokok Pengajaran
Oblat WCCM
Kerabat Meditator


Acara Khusus
Jadwal Pertemuan
Kolom Tanya Jawab
Berita & Foto
Sharing
Kepustakaan
Tentang Kami
Hubungi Kami















Links:
Bahasa Inggris
* WCCM
* Programme | Bonnevaux Centre for Peace
* School of Meditation
* Christian Meditation for Priests












Bahan Pengajaran:

Minggu Paskah Kedua

SUATU JALAN MENUJU KEHIDUPAN SEJATI.
Menghayati pesan : Hari Minggu Paska Kedua Tahun A
Yoh 20 : 19-31
" Membangun Komunitas yang Kristiani "



Dalam kelompok-kelompok meditasi yang saya dampingi, pertanyaan yang selalu muncul pada awal adalah mengapa saya harus berada dengan orang-orang ini ? Kita tidak memiliki sesuatupun yang sama: sosial, di bidang ekonomi atau dalam temperamen. Mereka tidak mau memahami masalah saya.

Sesudah beberapa bulan mendaras-kan Mantra, pertanyaan ini berhenti mengganggu setiap orang. Ikatan telah terbentuk, hidup mereka semakin matang dan harapan memecahkan masalah berubah.

Pengalaman menunjukkan bagaimana hening mempersatukan. Bila direktur dan pegawai dapat menyediakan bersama-sama waktu hening sebelum saat bimbingan rohani, ini memberi kekayaan baru dalam sharing. Demikian bila para imam di suatu dekanat atau wilayah, atau para religius dalam komunitas, dapat menyediakan waktu bersama dalam keheningan sebelum suatu pertemuan, akan ada suatu kemungkinan lebih besar bahwa pertemuan ini dikatakan "berhasil". Ketika Paus Yohanes Paulus II mengundang para pemimpin agama-agama dunia berhimpun di Assisi, doa adalah satu-satunya cara yang pasti menyatukan dan mereka me-manfaat-kan kesempatan indah ini dengan " hening " bersama.

Masalah persekutuan ini hakiki bagi kita semua, apakah kita berada dalam komunitas religius, dalam keluarga atau di tempat kerja. Dari waktu ke waktu kita akan menjumpai orang-orang yang berpenampilan baik didepan dan dibelakang kenyataannya sering marah-marah. Pengarang G.K. Chesterton suatu ketika mengatakan bahwa keluarga umumnya dipandang pelabuhan kasih dalam samudera kebencian. Kenyataan-nya ada benarnya. Keluarga merupakan pelabuhan kebencian dalam samudera kepalsuan. Bila kita bersama orang luar, kita bisa berpura-pura mewujudkan damai, tetapi dalam ikatan dekat keluarga atau tempat kerja atau dalam biara , hal itu sulit terjadi.

KEBANYAKAN MASALAH BERMULA DARI EGO KITA. Sadar atau tidak Anda sekalian, sadar bahwa ada program dalam diri kita bagaimana orang lain harus bertindak dan terutama bagaimana mereka bertindak terhadap kita. Umpamanya, dalam doa di komunitas biara saya, kami sering mendaraskan ayat-ayat mazmur, bergantian. Saya ingat merasa sangat marah suatu pagi ketika seseorang memimpin doa dengan cara melawan jalan jam dan tidak sesuai arah jam. Mengapa tidak berbeda dengan acara yang ada dalam batinku? Dua orang yang baik dapat jengkel sekali satu terhadap yang lain. Seorang bisa besar dan meluap-luap, yang lain teliti dan tepat. Kegiatan mereka dapat saling menjengkelkan tiada henti.

Semua ini adalah sifat perorangan. Dibaliknya adalah pribadi manusia yang lemah, miskin dan gelisah. Bila bersentuhan dengan orang itu, kita langsung menjadi lebih bersikap toleran, lebih berbelaskasih, lebih bebas dari pengaruh perbuatan dan sifat orang lain. Bila kita melepaskan kecenderungan kita untuk menguasai dan mempermainkan, kita lebih toleran terhadap orang lain. Toleransi lebih cepat cenderung menerima orang lain dan hak orang lain untuk berbeda. Menerima ini bisa membuahkan sikap menerima dan menyadari bahwa orang lain yang berbeda adalah sesuatu saling melengkapi dan bila diterima dapat memperkaya kita.

Bila kita heran bahwa ada gangguan dalam komunitas kita, kita belum membaca Injil dengan baik. Yesus adalah pemimpin dan pembimbing novis para rasul. Namun betapa tipu daya, ketidakjujuran dan kelemahan manusia terdapat diantara mereka. Yakobus dan Yohanes selalu mencari jalan pintas berkenan kepada Tuhan, yang membuat marah rasul lain. Petrus adalah pembual yang tak bisa dibiarkan dan Yudas pengkhianat menyerahkan Yesus. Kristus justru berada di tengah barang berantakan ini.

Peristiwa dalam Yohanes 20 ingin menunjukkan pertemuan Yesus dengan para rasul sesudah kebangkitan, adalah penuh daya. Yesus mengecewakan mereka. Mereka mengharapkan Dia sebagai penyelamat politik yang akan mengusir orang-orang Roma dan dalam pemerintahan-Nya mereka akan menduduki jabatan tinggi. Namun, bukannya diangkat di atas singgasana dalam kemenangan, Dia diangkat di atas kayu salib sebagai suatu kegagalan. Bagi Yesus mereka (para murid) juga gagal. Mereka tertidur ketika Dia meminta mereka berjaga-jaga selama Dia berdoa dan Yudas mengkhianatiNya. Petrus mengingkariNya dan semua lari tunggang langgang ke-cuali Yohanes. Mereka pasti tegang ketika Yesus menampakkan diri dihadapan mereka. Mereka punya alasan menanti Dia akan memarahi dan menolak mereka. Tetapi apa yang Yesus katakan? "Shalom!. Damai besertamu" Dia ungkapkan kepada mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya akan diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." Nampaknya Dia mengatakan ini: "Lihat, teman-teman, ada banyak yang menyakitkan hati diantara kita tetapi hidup harus berlangsung terus dan kita harus bekerjasama. Saya tahu pengampunan adalah diluar kuasa kalian. Membuat kesalahan adalah manusiawi, mengampuni adalah ilahi. Maka saya memberi kalian RohKu untuk memberi kuasa kalian mengampuni. Maka bila kalian mengampuni, itulah tujuan Dia. Bila kalian memilih tidak mengampuni, kalian berlanjut membawa dalam dirimu racun yang melukai." Dia memberi kuasa para rasul mengampuni, agar mereka dapat membebaskan mereka sendiri dan orang lain, tetapi Dia tidak memaksa mereka.

Inilah kerasulan pertama bagi kita semua. Belajar bersikap toleran menerima atau menyetujui mereka yang menjengkelkan atau melukai hati kita terutama mereka yang selalu berada di lingkungan kita. Tanpa sikap ini, memihak dan memiliki komitmen terhadap orang miskin "di luar sana" adalah melulu mimpi indah atau suatu bentuk menghindar. dari kenyataan.

Kebijaksanaan Timur selalu berpendapat orang tidak bisa berdiam diri dan amrah pada waktu yang sama. Dalam keheningan jiwa, kita dapat bercermin pada air yang tenang, jernih bahkan dimampukan untuk menyingkirkan hal-hal yang meracuni batin kita, ibarat air yang tenang membuat jerami terapung di atas permukaan air dan benda berat tenggelam. demikian juga kita menjadi lebih jelas dan tak tersumbat, terbebas dari kemarahan, bila kita masuk kedalam keheningan.

Ketekunan kita mengucapkan mantra dan masuk keheningan adalah ketekunan yang membuat kita berpegang pada kasih walau hati kita bergejolak sekalipun. Badai pasti berlalu, ketenangan pulih kembali . Dua kali sehari mengucapkan mantra meneguhkan ketenangan ini sebagai kebiasaan dan dengannya membawa manfaat besar baik bagi badan maupun jiwa.

Keheningan batin yang tenang justru membuat kita sanggup mengamalkan kasih kepada sesama tanpa pamrih sebagaimana Beata Bunda Teresa. Pribadi manusia adalah bagaikan sebuah mangkuk; bila penuh dengan kemarahan dan kebencian, hanya bisa menumpahkan kemarahan dan kebencian. Bila penuh dengan kasih, hanya dapat memberi kasih. Jika Mantra memberi kita keheningan, mantra membawa kita kepada kasih. Bila kita selalu merenung (baca mendaraskan mantra) kita bisa menerima kesabaran dan kasih. Bila kita bisa menerima diri sendiri dalam kesabaran dan kasih, kita juga bisa menerima orang lain dengan cara sama.

Komunitas Meditasi Kristiani bermula dengan pribadi-pribadi yang membutuhkan kedekatan dengan Tuhan. Komunitas ini berkumpul karena menarik atau karena ketenaran pemimpin atau karena teman saling mengajak. Ini merupakan suatu cara yang sangat biasa untuk masuk dalam kemuridan. Tetapi dalam kurun waktu pribadi-pribadi meng-hilang dan satu Pribadi menjadi penting. Ketika kelompok doa berkembang, pribadi Kristus lebih daripada pribadi manusia menjadi pusat dan memiliki daya tarik. Bila kita menyadari bahwa Dia adalah pusat, yang Roh Kudusnya membuat mampu untuk mengampuni, semua orang lain betapapun nampaknya menolak, dapat masuk dalam keluarga kasih.




Bahan Pengajaran Lainnya:







Meditasi Kristiani Online:
Praktek dan Pengajaran Singkat
Six Week
Week 1:


Week 2:


Week 3

Week 4

Week 5

Week 6

Subscribe Youtube: Meditasi Kristiani Indonesia



YOUTUBE: