Home
Kalender Kegiatan Komunitas
Renungan Prapaskah 2018
Bacaan Harian Bersama John Main
Daily Wisdom
Weekly Teaching
Newsletter
Renungan Bacaan Injil
Bahan Pengajaran
> > Bahasa Indonesia
> > Bahasa Inggris
Cara Bermeditasi
Pokok Pengajaran
Oblat WCCM
Kerabat Meditator


Acara Khusus
Jadwal Pertemuan
Kolom Tanya Jawab
Berita & Foto
Sharing
Kepustakaan
Tentang Kami
Hubungi Kami















Links:
Bahasa Inggris
* WCCM
* Programme | Bonnevaux Centre for Peace
* School of Meditation
* Christian Meditation for Priests












Bahan Pengajaran:

Renungan Minggu Advent 2
Hari Minggu Advent II , Tahun A Mat 3: 1-12

Yohanes Pembaptis: Suatu Pesan yang Jelas dan Jati Diri


Guruku pertama dalam meditasi, Bruder Kasimir, sekarang ada di Singapore, biasa berkata apabila engkau mempunyai harapan dalam meditasi dan itu tak terpenuhi, engkau telah menerima yang engkau pantas menerimanya! Meditasi Krstiani tak menjanjikan sesuatupun, tidak seperti beberapa bentuk meditasi yang dikomersiilkan. yang menjanjikan bebas stress, kesehatan baik, pikiran jernih bahkan pengaruh transcendental. Meditasi Kristiani seperti diajarkan John Main sangat sederhana. Meditasi ini menjanjikan kemiskinan total dan bebas dari semua keinginan.

Anda hanya duduk, diam dan tegak. Tutup mata pelan-pelan. Duduk santai tetapi tanggap. Diam dan dalam hati ucapkan satu kata saja. Kami anjurkan kalimat doa 'MARANATHA'. Ucapkan sebagai empat suku kata yang sama panjangnya. Dengarkan lah bila anda mengucapkannya dengan halus dan terus menerus. Jangan memikirkan atau menggambarkan apapun yang rohani atau dengan cara lain. Bila pikiran atau gambaran muncul, jangan dibiarkan pda saat meditasi, melainkan tetap kembali ke hanya mengatakan kata itu. Lakukan meditasi setiap pagi atau sore antara 20 dan 30 menit.

Namun, bila melakukan meditasi macam ini, Anda akan segera melihat perubahan dalam diri Anda atau orang lain melihatnya bagi Anda.

Bila Anda menginginkan suatu contoh macam pribadi yang Anda kehendaki lewat meditasi, Anda tak akan menemukan yang lebih baik daripada Yohanes Pembaptis seperti terungkap dalam Injil kita hari ini. Dia muncu sebagai seorang dengan suatu pesan jelas. Kejelasan ini berasal dari jati diri yang tak terkacaukan dan bebas dari egonya.

Ada suatu ceritera sedih dari India mengenai seekor elang yang meletakkan telurnya di sarang seekor ayam. Induk ayam mengeram di atas telur dan menetaskan telur itu. Ada seekor ayam, yaitu elang yang ditetaskan tersebut yang mengira dia ayam, yang lebih besar dan lebih aneh daripda ayam-ayam lain ketika dia belajar mencakar dan mematuk, dan mandi di debu. Suatu hari dia memandang ke awan dan melihat seekor elang melayang dengan indahnya. Dia bertanya kepada seekor ayam yang lebih tua apa itu yang ada di udara. Dia diberi tahu : "Itu seekor elang. Tetapi jangan berpikir lain. Kamu atau aku tidak akan pernah seperti elang itu." Demikian elang itu yang mengira dia seekor ayam, tak pernah berpikir lain, hidup dan mati mengira dia hanya seekor ayam. Betapa menyedihkan, bila ceritera ini dikisahkan sebalik-nya, akan lebih me nyusahkan. Andaikan seekor ayam meletakkan telornya di sarang elang. Akankah mahluk malang yang ditetaskan tidak akan lebih memiliki perasaan frustrasi bila mencoba menjadi apa yang tidak pernah dikehendaki untuk dirinya. Tetapi, itulah nasib kita. Sangat sulit bagi kita menerima siapa kita . Nampaknya kita selalu memakai topeng untuk mencoba menutupi siapa kita dan tidak mau menjadi diri kita sendiri, atau kita berpura-pura menjadi orang lain dari diri kita tetapi yang kita inginkan.

Tidak demikianlah Yohanes Pembaptis; dia menyatakan tanpa ragu-ragu, "Aku telah datang mempersiapkan jalan bagi Kristus" tetapi"Aku bukan Kristus". "Aku membaptis kalian dengan air untuk pertobatan, tetapi Dia yang mengikuti aku lebih berkuasa daripadaku dan Aku tidak pantas membawa kasut-nya; Dia akan membapis kalian dengan Roh Kudus dan dengan api." Dia harus menjadi lebih besar sedangkan aku lebih kecil."

Jati dirinya yang jelas mengarah ke gaya hidup yang sederhana. "Manusia Yohanes ini memakai pakaian dari bulu onta dengan ikat pinggang kulit di sekeliling pinggangnya, dan makanannya belalang dan madu hutan."

Seorang dari kelompok meditasi kami memberikan sharing dalam suatu pertemuan : "Sebelum aku mulai bermeditasi, Saya biasa memakai banyak make-up dn perawatan tangan, sekarang barang-barang ini tidak penting bagiku." Meditasi cenderung membebaskan kita dari ketergantungan akan hal-hal yang tak penting.

Yohanes menyerukan pertobatan, perubahan hidup dan inilah yang kita alami dalam meditasi. Tidaklah mungkin bermeditasi dan berlanjut dengan sikap marah, takut, iri, benci atau tak jujur. Seorang yang bermeditasi akan berhenti atau mengurangi dan meniadakan sikap-sikap yang tidak sesuai.

Bagi John Main melepaskan semuanya , "hanya dirinya yang tertinggal" adalah hakiki. Hal ini mengarah ke keserasian dan kepenuhan hidup: macam hidup yang diteladani Yohanes, dan kita terpanggil menghayati hidup seperti ini selama Advent bila kita mempersiapkan Natal.

Fr Gerry Pierse C.Ss.R.
Diterjemahan oleh Pater Julius Haryanto CM
Pater Moderator Komunitas Surabaya




Reflections on the Sunday Gospels year A
In the Light of Christian Meditation

SECOND SUNDAY OF ADVENT

JOHN THE BAPTIST:
A CLEAR MESSAGE AND IDENTITY
Matthew 3: 1-12


My First teacher in meditation, Brother Casimer, now in Singapore, used to say that if you have expectations in meditation and they are not fulfilled you have got what you deserve! Christian meditation promises nothing, unlike some commercialized forms of meditation that promise freedom from stress, good health, clearer thinking and even transcendental experience. Christian meditation as taught by John Main is very simple. It calls fortotal poverty and freedom from all desires.

"You just sit still and upright. Close your eyes lightly. Sit relaxed but alert. Silently, interiorly begin to say a single word. We recommend the prayer phrase 'MARANATHA.' Recite it as four syllables of equal length. Listen to it as you say it gently but continuously. Do not think or imagine anything –spiritual or otherwise. If thoughts and images come, these are not to be entertained at the time of meditation, so keep returning to simply saying the word. Meditate each morning and evening for between twenty and thirty minutes."

Yet, when you practice this type of meditation you will soon notice changes in yourself, or others may notice them for you.

If you wanted a model of the type of person that you may become through meditation you could hardly find a better one than John the Baptist as portrayed in our Gospel today. He comes across as a man with a clear message. That clarity comes from his unconfused ego-free identity.

There is a sad story from India about an eagle who laid her egg in the nest of a chicken. The mother hen sat on the eggs and hatched them. There was one chicken, the eagle who thought he was a chicken, who was bigger and more awkward than the other chickens as he learned to scratch and peck, and to take a bath in the dust. One day he looked up into the sky and saw an eagle soaring gracefully. He asked an older chicken what that was in the sky. He was told, "That is an eagle. But do not give it another thought, you or I could never be like that eagle." And so the eagle, who thoght he was a chicken, never gave it another thought, and lived and died thinking that he was only a chicken. How sad. Yet, if the story was told in reverse it would be even more sad. Supposing a chicken laid its egg in the eagles nest. Wouldn't the poor creature that was hatched have a frustrating time trying to be what it was never meant to be. Yet, this is very much our lot. We find it very difficult to accept who we are. We seem to be always wearing masks trying to cover up who we are and do not want to be, or else we are pretending that we are someone other than who we are, but whom we would like to be.

Not so John the Baptist; he declares without any doubt, "I have come to prepare the way for the Christ" but "I am not the Christ." " I baptize you in water for repentance, but the one who follows me is more powerful than I am, and I am not fit to carry his sandals; he will baptize you with the Holy Spirit and with fire." "He must increase while I must decrease."

His clear self identity leads to a simplicity of lifestyle. "This man John wore a garment of camel-hair with a leather belt around his waist, and his food was locusts and wild honey." One of our meditation group shared at a meeting, "before I started meditation I used to spend a lot on make-up and manicures, now these things do not seem at all important to me. "meditation tends to free us from dependence on the unimportant.

John called for repentance, for change of life and this is also what one experiences in meditation. It is impossible to meditate and to continue to be angry, fearful, jealous, hateful or dishonest. One will either give up meditation or soften and let go of incompatible attitudes.

For John Main the letting go of all things, "leaving self behind" was essential. This led to an integrity and fullness of life: the type of life exemplified by John the Baptist, and the type of life to which we are called during Advent as we prepare for Christmas.

Fr Gerry Pierse C.Ss.R


Bahan Pengajaran Lainnya:







Meditasi Kristiani Online:
Praktek dan Pengajaran Singkat
Six Week
Week 1:


Week 2:


Week 3

Week 4

Week 5

Week 6

Subscribe Youtube: Meditasi Kristiani Indonesia



YOUTUBE: