Home
Kalender Kegiatan Komunitas
Renungan Prapaskah 2018
Bacaan Harian Bersama John Main
Daily Wisdom
Weekly Teaching
Newsletter
Renungan Bacaan Injil
Bahan Pengajaran
> > Bahasa Indonesia
> > Bahasa Inggris
Cara Bermeditasi
Pokok Pengajaran
Oblat WCCM
Kerabat Meditator


Acara Khusus
Jadwal Pertemuan
Kolom Tanya Jawab
Berita & Foto
Sharing
Kepustakaan
Tentang Kami
Hubungi Kami















Links:
Bahasa Inggris
* WCCM
* Programme | Bonnevaux Centre for Peace
* School of Meditation
* Christian Meditation for Priests












Bahan Pengajaran:

Bagaimana Berdoa menurut Yesus

(1 Juni 2008)

Dalam Injil Matius 7,21-23 Yesus berbicara tentang doa. Doa yang dimaksud Yesus doa yang bagaimana? Yang satu Ia benarkan. Yang lain tidak. Karena apa? Karena doa yang satu menyatakan kerelaan orang untuk mendengarkan dan melakukan kehendak Bapa seperti yang dilakukan Yesus sendiri. Yang lain hanya 'berseru' karena ingin agar didengarkan dan permohonannya dikabulkan, tetapi ia sendiri tidak mendengarkan apa yang diminta Tuhan kepadanya, seperti diungkapkan Tuhan dalam kesepuluh perintah, nasehat, peristiwa hidup dsb. Yang pertama terbuka hatinya terhadap Allah; yang lain hatinya berpusat pada dirinya sendiri. Maka ada baiknya kalau kita bertanya doa yang benar itu apa dan bagaimana sebenarnya kita harus berdoa.

Pertanyaan itu mudah timbul dalam hati kita kalau ingin benar-benar berdoa. Pertama-tama kita harus menyadari bahwa Allah dan bukan kita sendiri adalah pusat doa kita. Kita harus belajar membuka hati mau mendengarkanNya. Ia berbicara melalui firmanNya dan peristiwa hidup. Tetapi kalau arah hati dan hidup kita sudah agak benar, kita masih saja mengalami kesulitan dalam hal doa. Kita mulai dengan semangat, tetapi cepat juga ada kesulitan, seperti pikiran melayang, rasa jenuh, mau berhenti. Ini memang pengalaman umum. Setiap orang yang bersungguh-sungguh dalam hal doa, mengalami kesulitan itu.

Pengalaman pahit ini bisa berguna sebagai titik tolak. Karena melalui pengalaman pahit itu kita bisa mengerti kutipan dari surat St. Paulus kepada jemaat di Roma (8,26) :'Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.'

Paulus cukup berpengalaman dalam doa. Ia menulis bahwa kita perlu dibantu oleh Roh Kudus. Dan Dia memang membantu kita. Sayang bahwa kehadiran dan karya-Nya dalam diri kita jarang kita sadari. Sadar akan Roh Kudus itu syarat pertama. Sebab kita diperkuat oleh kehadiran dan karyaNya. Bahkan kalau kita kering, jenuh dsb., kita tetap bisa ingat akan Dia yang tidak berhenti berdoa dalam diri kita dan bagi kita. Patut kita renungkan apa yang dikatakan Yesus sendiri tentang Roh Kudus dalam Injil Santo Yohanes (14,15-26). Isinya kurang lebih sebagai berikut. Bukan kita, tetapi Yesus sendiri minta kedatangan Roh Kudus kepada Bapa. Doa Yesus kepada BapaNya itu, pasti akan didengarkan dan dikabulkan. Maka Yesus selanjutnya dapat berkata bahwa kita menerima Roh, yang tetap menyertai kita dan diam di dalam diri kita. Tak usah mencari jauh-jauh atau membayangkan. Iman kepercayaan yang perlu kita pupuk : Roh Hadir dan Berdoa dalam diri kita. Roh Kudus ini menurut firman Tuhan akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita dan mengingatkan kita akan semua hal yang telah dikatakan Yesus sendiri kepada kita.

Dari itu kita bisa menarik beberapa kesimpulan yang praktis :

Doa itu pertama suatu latihan iman. Kita percaya akan Allah, kita mau bicara kepadaNya. Apa itu pujian, permohonan atau apa, itu soal kedua. Doa berarti bahwa kita percaya akan Allah yang hadir di dalam diri kita dan dalam seluruh ciptaanNya. Seperti yang menjadi semboyan nabi Elia yang berkata : < Allah hidup; aku berdiri di hadapatanNya > (I Raja 17,1).Ambil waktu untuk menyegarkan iman akan kehadiran Allah.

Sebaiknya sekaligus kita ingat bahwa Allah itu Bapa kita. Yesus dalam doa menjelang saat sengsaraNya berkata bahwa Ia telah memberitahukan nama Allah kepada kita, murid-muridNya ; nama itu tak lain ialah Bapa, sebagaimana juga kita ucapkan dalam doa yang diajarkan Yesus kepada kita. Paulus menegaskan bahwa berkat Roh Kuduslah kita dapat berseru : < Abba-Bapa >. Betapa sederhana juga doa kita, kalau kita berseru kepada Allah < Bapa >, kita membaharui iman kita akan Allah berkat bantuan Roh Kudus sebagaimana kita diajar oleh Yesus.

Kedua kita harus memperhatikan apa yang kita mohon kepada Allah. Seringkali isi doa kita sangat dangkal, seakan-akan Allah hanya kita butuhkan untuk hidup aman dan nyaman di dunia. Doa BAPA KAMI dapat menolong kita untuk menemukan ujud permohonan yang sesuai dengan kerinduan hati Tuhan. Di situ kita mohon agar kita diubah menjadi orang yang memuliakan nama Bapa ; dengan kata lain mau hidup sebagai anak Allah, menurut teladan Yesus, Putera yang tunggal. Selanjutnya kita minta kedatangan kerajaan Allah, artinya bahwa dalam segala tingkah laku kita bertindak di bawah kuasa Allah. Lalu kita mohon: Jadilah kehendakMu. Kita mengetahui bahwa Yesus menghayati itu dalam hidupNya, sebagai Putera Tunggal. Ia selalu memperhatikan apa yang dikerjakan BapaNya (Yoh.5,19) dan senantiasa melakukan kehendak BapaNya. Demikian juga Maria selalu berkata : < Terjadilah kepadaku menurut perkataan Mu >.

Setelah kita mohon < perubahan besar > dalam diri kita ini, kita mohon kesejahteraan (mohon rejeki dalam arti luas), pengampunan, kekuatan dalam godaan dan bebas dari yang jahat. Sering Bapa Kami menjadi doa rutin ; akibatnya tidak menyentuh hati maupun hidup kita. Banyak kali diucapkan, tetapi tidak meresap. Renungkanlah bagian demi bagian. Roh Kudus akan membantu dan mengajar kita sesuai dengan janji Yesus.

St Paulus berkata bahwa Roh membantu kita dalam kelemahan dan berdoa dalam diri kita dengan keluhan yang tak terung-kapkan. Apa isinya ? Tak lain agar kehendak Allah terwujud dalam diri kita ialah agar kita menjadi serupa dengan Yesus, Putera sulung. Apa yang kita mohon pertama-tama dalam doa Bapa Kami itulah juga yang dimohon Roh Kudus dalam diri kita. Kalau kita ingin tahu < doa itu apa > dan < bagaimana sebaiknya kita harus berdoa >, maka mulai saja dengan mengubah cara kita bermohon. Bukan rejeki yang harus dinomorsatukan, melainkan perubahan kita menjadi serupa dengan Yesus. Hal-hal lain boleh saja kita mohon, tetapi jangan memperlakukan Allah sebagai seorang pembantu atau karyawan yang kita dipanggil untuk mengerjakan sesuatu yang rasanya tak dapat kita lakukan sendiri ! Perubahan diri kita sesuai rencana Allah itulah doa tepat. Itulah berdoa bersama dengan Roh Kudus, dibantu olehNya. Tanpa Roh Kudus kita belum berdoa sesuai dengan kehendak Bapa surgawi. Kita masih berbeda jauh dari Yesus yang berdoa.

Mutu doa tidak tergantung pada perasaan. Merasa puas bukan ciri khas dan aseli dari doa sejati. Padahal itu sering mengecewakan kita, kalau diganggu pikiran melayang atau rasa jenuh.. Doa kita pelihara dengan iman kepercayaan dan kita kuatkan dengan harapan bahwa Allah-Kasih akan mengabulkan doa sejati.

Di situ meditasi kristiani dapat sangat membantu kita. Pada saat bermeditasi kita tidak merenungkan isi doa, tetapi kita menciptakan hati hening terbuka dengan mengulangi mantra kita MA-RA-NA-THA. Justeru keheningan hati itu sering kurang dipelihara orang waktu berdoa. Kita bicara, bicara, bicara, tetapi belum biasa mendengarkan. Padahal mendengarkan membutuhkan keheningan. Pengalaman dalam pergaulan dengan orang sebenarnya bisa mengajar kita. Dalam pembicaraan ada yang omong, yang lain mendengarkan agar isi hati yang disampaikan, dapat masuk ke dalam hatinya. Tetapi sering terjadi kita sudah menyiapkan jawaban atau apa yang mau kita sampaikan. Itu berarti bahwa kita tidak menukar pikiran, tetapi bahwa di situ ada dua orang yang masing-masing menunggu saatnya untuk bicara, tetapi tidak mendengarkan. Bukan begitukah sering doa kita dengan Allah? Kita bicara kepada Allah. Kapan Allah dapat bicara kepada kita. Meditasi Kristiani mau membantu kita untuk menjadi orang yang pada waktunya mampu mendengarkan apa yang mau disampaikan Allah kepada kita. Pada saat itu kita berkata bersama nabi Samuel 'Bicaralah Tuhan, hambaMu mendengarkan'.




Bahan Pengajaran Lainnya:







Meditasi Kristiani Online:
Praktek dan Pengajaran Singkat
Six Week
Week 1:


Week 2:


Week 3

Week 4

Week 5

Week 6

Subscribe Youtube: Meditasi Kristiani Indonesia



YOUTUBE: