Home
Kalender Kegiatan Komunitas
Renungan Prapaskah 2018
Bacaan Harian Bersama John Main
Daily Wisdom
Weekly Teaching
Newsletter
Renungan Bacaan Injil
Bahan Pengajaran
> > Bahasa Indonesia
> > Bahasa Inggris
Cara Bermeditasi
Pokok Pengajaran
Oblat WCCM
Kerabat Meditator


Acara Khusus
Jadwal Pertemuan
Kolom Tanya Jawab
Berita & Foto
Sharing
Kepustakaan
Tentang Kami
Hubungi Kami















Links:
Bahasa Inggris
* WCCM
* Programme | Bonnevaux Centre for Peace
* School of Meditation
* Christian Meditation for Priests












Oblat WCCM:

Biara Di luar Tembok Biara


Oblat: Biara Di luar Tembok Biara

Laurence Freeman OSB


Tidak seperti pemimpin agama lainnya, Santo Benediktus hanya menulis satu Regula atau satu kumpulan peraturan saja. Ia tidak memisahkan Regula untuk biarawan, biarawati maupun orang awam. Santo Benediktus menulis satu Regula yang dapat diikuti oleh laki-laki dan perempuan di dalam maupun di luar biara, baik sebagai biarawan, biarawati maupun sebagai orang awam.

Regula Santo Benediktus tidaklah kaku, dengan peraturan ini setiap biara dimungkinkan untuk menemukan kekhasannya sendiri. Dalam "Biara di luar Tembok Biara", Pater Laurence Freeman mengenang kembali teman sekaligus gurunya, yaitu Dom John Main O.S.B., yang menempatkan tradisi Meditasi Kristiani sebagai pusat kehidupan biara dari komunitas kontemplatif yang didirikannya. Sebelum ia wafat pada tahun 1982, Pater John Main menghabiskan waktunya sebagai biarawan Benediktin yang mengajar meditasi kepada siapa saja yang ingin mempraktekkannya.

Pater John Main yakin bahwa nasihat Santo Paulus untuk "berdoa tanpa henti" tidak dimaksudkan hanya untuk para biarawan dari ordo-ordo tertentu seperti Trappist, Benediktin, atau Kartusian - tetapi juga untuk semua orang beriman. Dari keyakinan itu, muncullah apa yang disebut "Komunitas Cinta Kasih". Saat ini terdapat banyak kelompok meditasi dan pusat meditasi di seluruh dunia yang mengikuti ajarannya. Banyak di antara meditator telah menjadi anggota Oblat di komunitas ini.

Pedoman ini menyajikan pemikiran Fr. Laurence tentang: tradisi Oblat, panggilan untuk menjadi Oblat Benediktin, proses menjadi Oblat, komitmen seorang Oblat kepada komunitasnya.


Tradisi Oblat Benediktin Saat Kini

" Komunitas Oblat adalah suatu perjalanan rohani yang mengikuti tradisi Benediktin,
suatu kehidupan rohani yang terpadu yang cocok untuk manusia dewasa ini."


  1. Tradisi Hidup Monastik/Hidup Kerahiban

    Monastik adalah salah satu lembaga tertua dalam sejarah manusia. Monastik memberikan kesaksian tentang kehausan jiwa manusia yang sangat kuat untuk menemukan sumber dari keberadaannya. Para rahib Kristiani perdana muncul di awal sejarah Gereja dalam upaya untuk menemukan kembali pengalaman iman mereka. Mereka mulai sebagai pertapa di Timur Tengah, di gurun Mesir pada Abad ke 4 setelah Masehi dan kemudian menyebar ke Eropa. Tadisi Padang Gurun dibawa ke dunia Barat oleh Yohanes Kasianus dan sangat mempengaruhi spiritualitas Keltik dan Benediktin. Pada awalnya monastik Kristiani lebih digerakkan oleh orang awam tetapi dalam perkembangannya menjadi tempat untuk para biarawan atau biarawati. Para rahib adalah orang-orang yang mencari Allah dengan perantaraan Yesus Kristus, baik secara sendiri-sendiri maupun dalam komunitas. Pada abad ke 6 Santo Benediktus, sebenarnya ia bukan seorang imam, mewarisi beraneka ragam bentuk monastik Kristiani. Dalam peraturannya yang terkenal tentang hidup kerahiban, dia menyederhanakan dan memadukan tradisi ini sehingga menghasilkan suatu visi kehidupan yang telah menginspirasi umat Kristiani dari segala macam lapisan hingga saat kini.

  2. Regula Santo Benediktus

    Santo Benediktus memulai kehidupan membiara sebagai pertapa muda. Kemudian ia menjadi bapak rohani dari sejumlah biara dimana ia menulis Regulanya, yang disebut juga "Peraturan Singkat bagi Pemula". Di dalamnya ada sekitar 9.000 kata dan sebagian besar berupa penjelasan praktis hidup berkomunitas. Namun, ternyata peraturan ini telah melampaui batas waktu dan budaya. Pertanyaan penting yang sering diajukan oleh Santo Benediktus bila seseorang ingin menjadi anggota komunitas adalah " Apakah rahib ini benar-benar mencari Tuhan?" Kaul kesetiaan, ketaatan dan pertobatan, ditambah dengan disiplin penyadaran diri dan keselarasan hidup, bertujuan untuk membawa rahib kepada pengalaman akan Cinta Kasih Ilahi. Doa adalah pusat dari hidup sehari-hari dan menyatukan dua unsur penting lainnya: kerja dan Lectio Divina (bacaan Kitab Suci). Semangat peraturan adalah sederhana, saling menghormati, disiplin dan kasih tanpa pamrih. Santo Benediktus menganjurkan para rahibnya untuk membaca buku-buku Yohanes Kasianus dan guru-guru monastik perdana. Namun, ini bukanlah telaahan teologis. Santo Benediktus memberikan kesaksian tentang kehidupan rohani sehari-hari yang benar-benar membumi, yang mempunyai arti yang universal dan abadi.

  3. Oblat

    Awalnya nama Oblat (dari bahasa latin "Oblatus" berarti persembahan) diberikan kepada anak-anak yang dititipkan di biara oleh orang tua mereka, mereka akan memilih apakah akan tetap menjadi rahib ketika sudah mencapai usia tertentu. Kemudian, ketika biara secara resmi di bawah hukum Gereja, Oblat adalah komunitas yang terdiri dari bagian dari umat yang karena berbagai alasan tidak mengucapkan kaul-kaul kebiaraan. Seiring dengan waktu, istilah Oblat juga dipakai untuk orang-orang yang tinggal di luar biara tetapi memiliki hubungan istimewa dengan biara.

  4. Pater John Main

    Pater John Main mendirikan sebuah komunitas Benediktin bentuk baru berdasarkan pada Regula Santo Benediktus dan latihan meditasi seperti yang diajarkan dalam Tradisi Padang Gurun. Sejak awal ia memberikan tekanan yang sama pada komitmen yang dibuat oleh para rahib dan para Oblat. Oblat, menurut pandangan Pater John Main, tidak hanya "terhubung" secara kekeluargaan dengan dengan biara; mereka adalah anggota yang terlibat dan berperan penuh. Oblat menghadirkan baik tradisi kuno dan sebuah perkembangan baru yang penting.

    Komunitas, yang terbentuk di seluruh dunia melalui meditasi, merupakan saksi hidup dari keyakinan Pater John Main bahwa "pengalaman kontemplatif menciptakan komunitas". Meditasi membawa kita kepada identitas kehidupan biara: yaitu "melulu mencari Allah." Kemudian secara alami membangkitkan naluri untuk berbagi dengan orang lain.

    Tentu saja tidak semua meditator harus menjadi Oblat. WCCM, bersama dengan berbagai kelompok serupa, menghadirkan suatu kehidupan kontemplatif Kristiani. Pater John Main percaya bahwa meditasi menawarkan kepada semua orang sebuah jalan menuju pengalaman akan misteri iman Kristiani. Sumbangsih terbesar Pater John Main adalah "mantra"; sebuah disiplin sederhana yang bisa dipraktekkan oleh siapa saja. Untuk beberapa meditator, akar tradisi monastik ini menawarkan kepada mereka arah dan tujuan dari perziarahan rohani mereka.

  5. Panggilan menjadi Oblat

    Bermeditasi setiap hari tidak berarti kita harus menjadi Oblat. Tetapi mengapa beberapa meditator merasa terpanggil untuk menjadi Oblat? Karena mereka merasakan manfaat dan ingin mewujudkan secara nyata dan manusiawi rasa persaudaraan yang mereka alami dengan meditator lain dalam pencaharian mereka akan Allah melalui jalan meditasi. Karena kita semua memerlukan dukungan, dorongan, inspirasi dan tantangan dari orang lain untuk memperdalam komitmen kita. Karena tradisi perlu diwujudkan dalam sebuah komunitas yang hidup dan tradisi Benediktin terbuka untuk menerima orang-orang dari berbagai macam latar belakang. Juga karena mereka melihat bahwa kehidupan modern kurang memperhatikan arti sebuah kehidupan, kurang memperhatikan hidup rohani, dan kurang seimbang. Dalam tradisi Benediktin yang telah berjalan selama 1500 tahun, mereka melihat unsur-unsur gaya hidup yang sehat dan baik, yaitu keseimbangan dan keharmonisan antara pikiran, tubuh dan jiwa. Meditasi mendorong seseorang untuk lebih memahami Kitab Suci dan pengalaman rohani lainnya, dan ini memberikan suka cita alami.

    Tujuan Oblat ialah menggabungkan dua kehidupan biara, keheningan dan komunitas. Tujuan ini mengedepankan pentingnya peran doa - berbagai bentuk doa, yang membimbing kita ke dalam "doa murni" dalam kesederhanaan dan kesatuan seperti yang diajarkan dalam Tradisi Padang Gurun. Ini merupakan disiplin rohani yang membebaskan dan cocok untuk dijadikan jalan hidup seseorang.

  6. Komitmen

    Menjadi seorang Oblat bukan suatu keharusan. Regula Santo Benediktus sendiri merupakan peraturan yang tidak kaku. Regula ini perlu ditafsirkan dan telah dipahami dengan beraneka ragam penafsiran sepanjang sejarah. Demikian juga, hidup seorang Oblat tidak terikat pada kumpulan peraturan. Peraturan yang ada merupakan tolok ukur, cara untuk melihat garis lurus dari garis yang bengkok. Bukan semangat Benediktin untuk memiliki suatu buku dengan peraturan yang kaku.

    Tiga kaul dalam Regula Benediktin adalah prinsip-prinsip kehidupan yang dijadikan para Oblat sebagai komitmen hidup :

    • KESETIAAN:

      Kesetiaan ini bukanlah kesetiaan lahiriah semata tetapi juga berarti kesetiaan pada komunitasnya, keseimbangan dan ketenangan batin dan semakin berakar dalam Roh.

    • KETAATAN:

      Setiap kelompok memerlukan suatu ketaatan informal. Santo Benediktus menekankan pentingnya ketaatan bersama dan dialog. Tapi inti ketaatan disini adalah ketaatan rohani dengan selalu mengarahkan telinga kita kepada Firman Tuhan, yang bergema di segala suku bangsa dan dalam segala situasi, serta tanggapan yang cepat terhadap Firman Tuhan.

    • PERTOBATAN:

      Pengalaman pertobatan memiliki makna tersendiri tetapi pengalaman ini akan membuka lembaran hidup baru. Kaul ini adalah komitmen untuk setia dalam perziarahan, jalan hidup yang terus menerus mengalami pertobatan melalui prinsip-prinsip perdamaian, toleransi, tidak mementingkan diri sendiri, murah hati dan keberanian mengatakan kebenaran di tengah tengah ketidakadilan.

    Peraturan-peraturan umum di atas dijalani secara perorangan. Namun, ada beberapa unsur dari komitmen Oblat yang juga penting:

    1. Komitmen untuk bermeditasi dua kali sehari dalam tradisi seperti yang diajarkan oleh Pater John Main.
    2. Ibadat Harian seperti doa pagi dan sore
    3. Bacaan singkat atau renungan setiap hari tentang Regula Santo Benediktus
    4. Sering membaca Kitab Suci atau melakukan Lectio Divina
    5. Mengambil bagian dalam upaya komunitas untuk mengajar meditasi dalam tradisi Kristiani.


  7. Komunitas

    Ada berbagai bentuk kehidupan biara dan komunitas. "Biara" dewasa ini - istilah lain untuk "Oblat" - dapat diartikan hidup lajang, dalam perkawinan atau hidup bersama orang lain. Semua cara hidup ini dapat terwujud dalam Komunitas Oblat. Kami menyadari perlunya keragaman bentuk dan semangat roh sebagaimana perkembangan tradisi kuno.

    Unsur dasar dari Komunitas Oblat adalah "Sel". Kata ini memiliki arti tradisi biara yang mengacu pada gua atau kamar tempat tinggal rahib. Kata itu digunakan untuk menggambarkan keberadaan, tidak hanya berarti ruang fisik. Oleh karena itu, sel Oblat bisa ada di mana saja meskipun Oblat yang satu dengan Oblat yang lain tinggal berjauhan dan jarang berhubungan satu sama lain. Biasanya anggota Oblat hidup berdekatan. Komunitas atau sel ini menyetujui dan menjadualkan pertemuan rutin bersama, bermeditasi bersama, bersama-sama mendengarkan Firman Allah dan melihat peran yang mereka bisa bagikan bersama komunitas dalam menyebarkan meditasi dalam tradisi Kristiani.

    Ada juga buletin berkala dan acara-acara seperti retret, Seminar John Main dan acara-acara lain dalam komunitas meditasi dimana para Oblat dapat bertemu dan memperkuat ikatan di antara mereka.

  8. Memasuki Komunitas

    Seperti dijelaskan dalam Regula Santo Benediktus, menjadi anggota suatu komunitas memerlukan proses dan penegasan (discernment). Ini bukan karena komunitas adalah suatu kelompok untuk orang-orang tertentu saja. Tetapi seseorang harus memahami dengan jelas alasan mereka mau menjadi anggota komunitas dan bagaimana mereka mau menanggapi panggilan mereka.

    Langkah pertama adalah menghubungi salah satu anggota Oblat dan menyatakan keinginan untuk menjadi Oblat. Kemudian masuk ke masa Postulan dan masa ini dimulai dengan upacara sederhana. Selama masa ini, sekitar 6 bulan, postulan diminta untuk menghadiri pertemuan sel dan acara-acara lain di mana para meditator bertemu. Pertemuan sel bukan berarti harus pertemuan "tertutup". Seseorang juga dapat menggunakan masa ini untuk semakin memahami apa yang disebut dengan komunitas Oblat dan apa yang bukan. Membaca buku Pater JohnMain yang berjudul "Cummunity of Love (Komunitas Cinta Kasih)" akan sangat membantu pada tahap ini, selain bacaan awal tentang Regula Santo Benediktus.

    Masa ke dua adalah Novis, jika memungkinkan, dimulai dengan upacara penyambutan singkat dan doa untuk keberhasilan tahap ini. Masa Novisiat seorang Oblat berlangsung satu tahun dan masa ini dapat diperpanjang. Selama waktu ini, novis Oblat mulai mempelajari tentang Regula, tradisi Benediktin dan ajaran Pater John Main dan guru lain dalam tradisi kontemplatif Kristiani. Meskipun di tahun pendidikan ini tidak menitikberatkan pada bacaan, tetapi penting untuk menyisihkan waktu untuk membaca. Pendidikan yang sesungguhnya terjadi bila seseorang terus bermeditasi setiap hari bersama komunitas meditator baik yang dekat maupun yang jauh.

    Tahap ketiga adalah Oblat dengan mewujudkan perjalanan rohani seseorang sebagai langkah memasuki komunitas yang dijiwai oleh tradisi yang hidup. Ini bukan langkah yang harus dilakukan secara terburu-buru dan diputuskan melalui proses penegasan (discernment), misal setelah suatu retret, dimana seseorang dapat merenungkan makna dari "kaul" Benediktin sebagaimana mereka menerapkannya dalam hidup mereka sendiri.

  9. Komunitas Oblat

    Komunitas Oblat terbentuk untuk dan dalam Komunitas Mondial Meditasi Kristiani (WCCM). Komunitas ini secara rohani berkaitan dengan Ordo Benediktin melalui Kongrerasi Monte Oliveto.


RINGKASAN

Meditasi adalah perjalanan menuju pusat - pusat diri kita dan ke sumber dari pusat diri kita yaitu Allah sendiri. Meditasi Kristiani adalah perjalanan rohani menuju pusat ini berpusat pada hati dan pikiran Kristus dengan cara diam, sederhana dan hening.

Menjadi seorang Oblat dalam komunitas ini berarti setuju dan berkomitmen untuk kembali ke pusat kehidupan dan kesadaran seseorang dalam misteri Kristus, Allah Putra. Ini adalah salah satu cara, di mana perjalanan manusia menjadi terarah dan diberi arti serta diperkaya, tidak hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk sesama, oleh sukacita dan damai.

Laurence Freeman, OSB


Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi:

Trish Panton - International Benedictine Oblate Coordinator of The WCCM
E-mail: pantonamdg@ozemail.com.au

atau

Bp. Handoyo Gazali - Postulan Oblat WCCM
E-mail: handoyogazali@yahoo.com
Hp: 0816979289




Sharing Lainnya:







Meditasi Kristiani Online:
Praktek dan Pengajaran Singkat
Six Week
Week 1:


Week 2:


Week 3

Week 4

Week 5

Week 6

Subscribe Youtube: Meditasi Kristiani Indonesia



YOUTUBE: