'Sekarang Anak Manusia dipermuliakan.' Inilah tanggapan-Nya ketika nasibnya telah diputuskan dan salah satu murid terdekat-Nya, 'kerasukan Setan', menghianati-Nya dan meninggalkan meja perjamuan.
Kejadian adanya seorang pengkhianat anehnya lepas begitu saja dalam kisah ini tanpa penjelasan. Tak seorang pun percaya bahwa dia melakukannya hanya demi uang. Tampaknya memang tidak dapat dijelaskan karena hal tersebut membawa pemeran utama menuju keagungan-Nya.
Kita bicara tentang menang dalam peperangan, cuaca yang indah dan kemuliaan Allah. Tetapi kejayaan macam apakah yang terjadi pada saat kekalahan dan kekecewaan? Ketika seseorang yang kita percayai dan harapkan membuat kita kecewa atau ketika rencana yang telah kita kerjakan hancur berantakan rasanya janggal untuk menyatakannya sebagai kebanggaan.
Ketika anda membuka cangkang kerang scallop yang masih segar, kerang itu menahannya dengan kuat. Kerang itu mengatupkan cangkangnya dan dengan kuat menahan congkelan pisau yang anda selipkan diantara kedua engsel sebagai alat pelindungnya. Seni dari perbuatan keji ini, (karena tanpa ini tentunya tidak ada petani scallop) , adalah menemukan otot yang mengikat kedua cangkang tersebut lalu mengirisnya. Kemudian kerang itu terbuka, makanan yang lezat tampak di sana dan rantai makanan kemudian berlanjut.
Kita lebih baik tidak melihat ataupun mendengar tentang perlakuan tersebut namun inilah bagian dari dunia tempat kita berada. Memusnahkan sebuah kehidupan sama dengan memberi makan kehidupan yang lainnya; itulah rantai kehidupan. Orang harus mengakui adanya pengorbanan perseorangan dan merasakan hilangnya sebuah kehidupan seperti kata beberapa orang penduduk asli Amerika bahwa mereka akan berterima kasih pada sebuah pohon sebelum menebangnya.
Bila akhir kehidupan dapat diterima dengan cara yang sederhana ini, seakan ada sesuatu yang terbuka. Sisi gelapnya merupakan bayang-bayang yang terhalau oleh cahaya terang yang telah dibebaskan.