Saat musim dingin tiba di Kutub Utara, beruang-beruang kutub yang hidupnya menyendiri itu memendamkan dirinya didalam es dan meringkuk untuk hibernasi panjang mereka. Kemudian turunlah salju yang menyelimuti mereka, sehingga mereka tetap hidup di gurun yang dingin sekali, isolasi dingin melindungi mereka dari kedinginan yang mematikan. Beruang-beruang betina melahirkan selama tidur nyenyak mereka yang panjang. Teriakan bayi-bayi mereka mengaktifkan produksi susu ibunya, tujuh kali lebih bergizi dibandingkan susu manusia; dan naluri keibuannya terbukti lebih kuat dari rasa kantuk yang paling hebat. Di saat musim semi, beruang betina pergi, dengan bayi-bayi mereka berpaut di kakinya, untuk mencari makanan padat namun tetap waspada terhadap beruang-beruang jantan kelaparan yang mengincar bayi-bayi mereka untuk dijadikan kudapan yang lezat.
Mau tidak mau kita melihat diri kita seperti yang tergambar di dunia binatang. Semua kesalahan manusia kita ada di sana, penguasaan wilayah, kecemburuan seksual dan kepemilikan, naluri hidupnya yang egois. Yang tidak ada pada mereka adalah tidak adanya perasaan berdosa. Memakan anak beruang muda, bertarung sampai mati demi supremasi seksual tidak menodai kenaifan mereka. Jika apa yang mereka lakukan kita temukan tercermin dalam diri kita yang kualitasnya lebih tinggi, kesetiaan atau pengorbanan diri ini juga tetap berada dalam lingkup kodrat alami yang tidak dapat dianggap sebagai kebajikan. Dalam kitab Kejadian, Allah menciptakan binatang untuk menemani manusia tetapi ternyata mereka tidak dapat menyenangkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan persatuan.
Kita sering mengutuk manusia yang tidak berperikemanusiaan seperti hewan yang tentunya adalah sebuah penghinaan bagi kerajaan binatang. Binatang berburu dan membunuh namun mereka melakukannya agar bertahan hidup, tidak seperti kita yang melakukan kegiatan demi menikmati kesenangan atau pelampiasan kemarahan pada makhluk yang lebih lemah.
Lalu apa bedanya? Ada beberapa faktor yang kita namakan kesadaran atau tingkatan tertentu dari kesadaran yang khusus ada di manusia. Bukan yang meningkatkan kodrat kita lebih tinggi melainkan yang memberikan keuntungan yang tak berkesudahan. Tidak (hanya) secara biologis kita lebih cerdas atau baik hati. Tetapi kita tergelitik ke keadaan yang lebih waspada oleh adanya rasa sadar yang telah kita kenal. Kita hidup dalam pengetahuan yang penuh kebijakan yang lebih dari sekedar naluri dan usaha pertahanan diri. Kita namakan saja rahmat - suatu karunia yang mengalir dari sumber tak berbentuk dari jati diri kita langsung masuk ketempat wadah roh kita.
Lompatan ke depan selanjutnya adalah agar menyadari hal ini, kita didorong untuk mengubah perhatian kita menuju sumber yang tak tampak sekalipun itu berarti, itu menjadikan beralihnya perhatian dari diri kita. Dengan demikian kita mencari seorang guru yang dapat diraba dan dilihat sebagai sumber agung yang hadir dan ada sepenuhnya. Melalui hubungan tersebut kita dapat minum dari sumber diri kita yang bergizi seperti halnya bayi-bayi beruang meminum susu ibunya.
Datanglah Yesus
"Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, maka kamu benar-benar murid-Ku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."