Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya
St Yoseph. Injil hari ini berceritera tentang Kelahiran Kristus dilihat dari sudut pandang St Yoseph, suami Maria. Ceritera ini merupakan suatu ceritera yang luar biasa di zaman kita yang patriarkal. Ya sebuah kisah yang mengagumkan dalam sebuah kebudayaan yang lebih bersifat "laki-laki" ini. Pada umumnya para pria cenderung hidup berfoya-foya dan tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Seringkali wanita akhirnya ditinggalkan dengan bayinya. Tetapi St Yoseph adalah kebalikannya. Dia mencintai Maria dan terperanjat ketika mengetahui bahwa Maria mengandung. St Yoseph takut mengambil Maria sebagai isterinya dan bermaksud untuk menceraikannya dengan diam-diam. Namun, dia percaya pada ceritera Malaikat bahwa anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Maka dia mau bertanggung jawab atas apa yang terjadi oleh Roh Kudus. Tidak demikian dengan kita sekarang ini! Kita mau bertanggung jawab atas tingkah-laku kita sendiri atau projek kita sendiri, tetapi tidak begitu setuju mendukung sesuatu yang dimulai oleh orang lain. Namun, menjadi seorang Kristen, seorang pengikut Kristus, kita toh harus mau juga bertanggung jawab atas pekerjaan Roh Kudus. Dalam meditasi kita berada dalam 'saat sekarang ini', suatu realitas yang ada saat kini, dan bukan suatu realitas yang kita inginkan. John Main mengatakan bahwa setiap saat adalah saat bersama Kristus jika kita benar-benar hadir di saat itu. Hal ini bisa menjadi pengalaman EMMANUEL, Allah-beserta-kita.
Hari Natal. Kita tidak mengetahui tanggal kelahiran Kristus yang sebenarnya. Namun kita tahu bahwa dalam abad ketiga Matahari dinyatakan sebagai pelindung utama dari Kekaisaran Romawi dan pestanya dirayakan pada tanggal 25 Desember. Tanggal ini adalah tanggal titik-balik musim dingin. Pada tanggal ini hari-hari yang sebelumnya terasa pendek, sekarang terasa menjadi lebih panjang. Dan juga pada tanggal ini kehidupan baru terlihat kembali dalam tumbuh-tumbuhan dengan datangnya musim semi. Hal ini lebih nyata di daerah lebih utara dengan iklim dingin daripada di daerah iklim tropis Asia. Dalam abad keempat Agama Kristen menjadi agama Kekaisaran Romawi, maka pesta Hari Matahari ini di-Kristen-kan menjadi pesta Hari Natal.
Bila kita melihat tanggal 25 Desember sebagai: titik-balik musim semi, tumbuhnya kehidupan baru yang terlihat dalam tetumbuhan musim semi, perubahan lamanya waktu sehari dari yang terasa pendek menjadi terasa lebih panjang, maka dalam cara pandang demikianlah kita melihat Meditasi itu. Sehingga bagi kita -kalau kita melakukan meditasi- kita melepaskan segala sesuatu yang lama (dan membiarkan sesuatu yang baru tumbuh), kita meninggalkan ego kita dan mengarahkan perhatian kita hanya pada satu kata-doa yang bagi kita telah menjadi sakramen kehadiran Kristus sebagaimana tanggal 25 Desember telah berubah dari pesta dewa Matahari menjadi Pesta kelahiran Sang Matahari Sejati, yaitu Kristus. Dan jika kita melakukan meditasi, kita terbuka kepada pengembangan energi-energi dan kekuatan-kekuatan baru serta terbuka kepada kehidupan yang penuh. Kita terbuka untuk memandang dunia dengan cara baru yang bebas dari ego. Jika ego tidak ada, maka Kristus memiliki kesempatan yang lebih baik untuk hadir dan menguasai diri dan hidup kita.
Terjemahan diambil dari buku "Sunday into Silence" karangan Pater Gerry Pierse CSsR