Saya masih ingat sebagai seorang novis setiap hari saya melagukan kata-kata dari pujian pagi: "hari-hari dipenuhi dengan kemegahan…" Kata-kata tersebut meluncur dari ingatan saya seperti sebuah sajak. Suatu hari saya tersentak, mungkin kata-kata tersebut sebenarnya punya makna tertentu. Kata-kata tersebut tidak hanya sebuah ungkapan saleh saja yang diulang-ulang selama berabad-abad untuk menjadikan pikiran seakan tidak sadar, ibarat beruang koala yang saleh yang sedang mengunyah daun eucalyptus.
Barangkali seseorang yang menulis kata-kata tersebut benar-benar merasakan bahwa setiap hari penuh semarak apapun keadaan suasana perasaan atau tempat kita berada. Etty Hillesum dengan jelas melihat hal ini di tengah kehidupannya di kamp yang keadaannya semakin suram dan memburuk. Jika kita sendiri tidak dapat sedikit lebih memahami dan melihat untuk diri kita sebagai hasil ketaatan masa Prapaskah maka sebaiknya kita memperpanjang puasa ini sampai kita memahaminya.
Setiap hari, betapapun tegangnya, tidak peduli apakah ini membawa berita baik ataupun mengulangi kekecewaan, yang tersimpan di saat hening terlihat memberikan kesan anggun secara alamiah. Mungkin untuk menghargai terbenamnya matahari musim dingin, atau bias warna-warni cerah di kembang sepatu merah, penampilan malu dari bunga magnolia putih atau merah muda yang sedang mekar mengharumkan dunia, seperti si cantik yang dengan polosnya menyadari untuk pertama kalinya keelokan dirinya. Kemungkinan senyum manis dan keanggunan seseorang memberikan anda pelayanan lebih dari yang lain, seorang pramugari pesawat yang memperkenalkan dirinya dan para penumpangnya, seorang polisi yang berjalan beberapa langkah bersama anda untuk menunjukkan arah yang lebih baik, sedangkan teman sekerja mereka mengerjakan pekerjaan mereka dengan perasaan enggan atau tidak suka.
Semakin banyak satu demi satu saat-saat yang sangat indah ini anda lihat, semakin banyak kelanjutannya. Anda sadari bahwa itu bukanlah kejadian yang terpisah, saat-saat bintang memancarkan sinar sangat terang sebelum lenyap, tetapi penampilan dari tatanan benda-benda alam semesta yang alami. Kemegahan inilah yang sebenarnya mendasari kebenaran alamiah.
Ketaatan masa Puasa atau ketaatan harian pada mantra sangat kecil nilai harga yang dibayarnya untuk memasuki dunia nyata ini.