Laut menawarkan dua kesenangan pada penggemarnya: kesenangan untuk meninggalkan daratan, meluncur surut menuju cakrawala, menunggang ombak ketempat yang dalam penuh teka-teki dan berbahaya. Dan kesenangan pulang ke rumah, berlabuh dengan aman, menapaki daerah yang sudah dikenal dan kembali dalam lingkungan yang aman setelah dalam kesendirian di laut.
Masing-masing kesenangan ini penuh dengan kebenaran mengenai diri sendiri dan perjalanan kemanusiaannya. Kita belajar berdasarkan kesenangan. Sukacita adalah guru yang hebat sedangkan penderitaan adalah persiapannya, suatu penggalian kemampuan kita agar kita terbentuk.
Tetapi kedua segi petualangan perjalanan manusia ini saling bergantung satu sama lainnya agar berdaya guna untuk mengajarkan arti kehidupan bagi kita dan kemana tujuan kita.
Jika kita tidak menghargai kedua sisi kepingan ini, kita kehilangan putaran kehidupan. Menolak rasa aman dan rasa kenal akan dapat mengarah kepada ketagihan yang berbahaya dan kegelisahan. Kita seperti berlari tanpa tujuan asalkan lari saja. Namun jika kita terlalu kuatir dan selalu menjadi anak manja, kita berada tidak jauh dari pelabuhan dan rumah kita seolah-olah penjara.
Menemukan keseimbangan - tetap mengambang dalam cuaca apapun - membutuhkan kasih dan devosi yang mendalam. Hanya dengan cara itu kita dapat mencapai pemahaman yang dalam yang memungkinkan kita dapat menjalani hidup dengan baik hari demi hari menghadapi masalah- masalah kehidupan sehari-hari.
Kecemasan dan kebingungan ini timbul karena seringkali dalam kehidupan , kita tidak langsung berhubungan dengan kenyataan, maksudnya hidup secara rohani dan ini hanya lahir dari asas yang berbeda: bahwa dalam kepergian kita ada kedatangan kita. Hanya dengan kehilangan diri kita, kita menemukan siapa diri kita yang sejati.