Home
Kalender Kegiatan Komunitas
Renungan Prapaskah 2018
Bacaan Harian Bersama John Main
Daily Wisdom
Weekly Teaching
Newsletter
Renungan Bacaan Injil
Bahan Pengajaran
> > Bahasa Indonesia
> > Bahasa Inggris
Cara Bermeditasi
Pokok Pengajaran
Oblat WCCM
Kerabat Meditator


Acara Khusus
Jadwal Pertemuan
Kolom Tanya Jawab
Berita & Foto
Sharing
Kepustakaan
Tentang Kami
Hubungi Kami















Links:
Bahasa Inggris
* WCCM
* Programme | Bonnevaux Centre for Peace
* School of Meditation
* Christian Meditation for Priests












Renungan Bacaan Injil:

Mat 3:1-12

Yohanes Pembaptis: Pesan dan Identitas Dirinya yang Jelas

Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya." Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."

  • Guru pertama saya dalam meditasi, Bruder Kasimir, yang sekarang berada di Singapura, selalu mengatakan bahwa apabila anda mempunyai harapan dalam meditasi dan itu tidak terpenuhi, maka anda telah menerima yang pantas anda terima! Meditasi Kristiani tidak menjanjikan sesuatupun, tidak seperti beberapa bentuk meditasi lain yang dikomersialkan, yang menjanjikan bebas dari stres, kesehatan yang baik, pikiran jernih, bahkan pengalaman transendental. Meditasi Kristiani seperti yang diajarkan oleh John Main sangat sederhana. Meditasi ini menjanjikan kemiskinan total dan bebas dari segala keinginan.

  • "Anda hanya duduk diam dan tegak. Lalu menutup mata dengan lembut. Anda duduk dengan santai tetapi dalam sikap berjaga-jaga. Dalam keheningan, di dalam batin, mulailah anda mengucapkan suatu kata-doa. Kami anjurkan kata-doa 'MARANATHA.' Ucapkan kata-doa ini dalam empat suku kata yang sama panjangnya. Dengarkanlah kata-doa anda ketika anda mengucapkannya dengan lembut dan terus-menerus. Jangan memikirkan atau membayangkan apapun - yang rohani ataupun yang lain. Bila pikiran dan imajinasi muncul, jangan ditanggapi pada saat meditasi, tetapi kembalilah kepada pengucapan kata-doa anda. Lakukan meditasi anda tiap pagi dan sore selama duapuluh sampai tigapuluh menit."

  • Meskipun demikian, kalau anda melakukan meditasi seperti petunjuk yang saya katakan ini, anda akan segera melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri anda, atau orang lain akan melihatnya dalam diri anda.

  • Bila anda menginginkan pribadi yang dapat menjadi contoh yang mau ada capai melalui meditasi, anda tidak akan menemukan contoh pribadi yang lebih baik daripada Yohanes Pembaptis sebagaimana itu dilukiskan dalam bacaan Injil hari ini. Dia terlihat sebagai seorang pribadi dengan menampilkan suatu pesan yang jelas. Kejelasan pesan yang ditampilkannya itu berasal dari identitas dirinya yang tidak tercemar oleh ego.

  • Ada sebuah ceritera sedih dari India tentang seorang burung elang yang bertelur di sarang seekor ayam. Induk ayam tersebut mengeram telur-telurnya beserta telur elang itu dan menetaskannya. Maka hiduplah bersama dengan anak-anak ayam yang ditetaskan itu, seekor anak elang yang mengira dirinya adalah seekor ayam. Dia lebih besar dan lebih canggung daripada ayam-ayam lainnya, dan ini terlihat ketika dia belajar mencakar, mematuk, dan mandi di debu. Pada suatu hari dia memandang ke langit dan melihat seekor burung elang melayang dengan indahnya. Dia bertanya pada seekor ayam yang lebih tua, apa itu yang sedang melayang di langit. Kepadanya diberitahukan: "Itu seekor burung elang. Tetapi janganlah memikirkannya, kamu atau aku tidak pernah akan bisa menjadi seperti burung elang itu." Maka anak burung elang itu, yang mengira dirinya seekor ayam, tidak pernah memikirkan hal yang lain. Ia hidup serta mati dengan mengira bahwa dia hanyalah seekor ayam. Alangkah sedihnya kisah ini. Namun, bila ceritera ini dikisahkan sebaliknya, maka itu akan lebih menyedihkan lagi. Bayangkan, andaikata seekor ayam bertelur di sarang burung elang. Bukankah makhluk malang yang ditetaskan itu akan mengalami frustrasi, bila dia mencoba menjadi apa yang tidak pernah dimaksudkan - mencoba menjadi seperti seekor elang. Namun, inilah nasib kita. Sangat sulit bagi kita untuk menerima diri kita sendiri. Nampaknya kita selalu memakai topeng, mencoba menutupi siapa diri kita dan tidak mau menjadi diri kita sendiri, atau kita berpura-pura menjadi orang lain, menjadi orang yang kita inginkan dan bukan menjadi diri kita sendiri.

  • Tidak demikian dengan Yohanes Pembaptis' Dia menyatakan tanpa ragu identitas dirinya, "Aku datang untuk mempersiapkan jalan bagi Kristus." "Aku membaptis kalian dengan air untuk pertobatan, tetapi Dia yang datang kemudian lebih berkuasa daripada aku, dan aku tidak layak membuka tali kasutnya; Dia akan membaptis kalian dengan Roh Kudus dan api." "Dia harus menjadi lebih besar, sedangkan aku harus menjadi lebih kecil."

    Identitas dirinya yang jelas mengarahkan dia kepada gaya hidup yang sederhana. "Manusia Yohanes ini memakai pakaian dari bulu unta dengan ikat pinggang dari kulit, makanannya belalang dan madu hutan." Seorang dari kelompok meditasi kami memberikan sharing dalam suatu pertemuan: "Sebelum saya mulai bermeditasi, saya biasanya membelanjakan banyak untuk dandanan-muka dan perawatan tangan, sekarang semua itu sama sekali tidak penting lagi bagi saya." Meditasi cenderung membebaskan kita dari ketergantungan akan hal-hal yang tidak penting bagi diri kita.

  • Yohanes menyerukan pertobatan, perubahan hidup, dan inilah yang juga kita alami dalam meditasi. Tidaklah mungkin kita melakukan meditasi dan lalu kita marah-marah, takut, iri hati, benci atau tidak jujur. Bila itu yang terjadi, maka kita akan berhenti bermeditasi. Atau sebaliknya,kita berubah menjadi seorang yang lembut dan melepaskan sikap-sikap kita yang tidak sesuai.

  • Bagi John Main, melepaskan segala hal, "meninggalkan diri sendiri," adalah hakiki. Hal ini mengarah kepada keserasian dan kepenuhan hidup: gaya hidup yang diteladani oleh Yohanes Pembaptis, yaitu gaya hidup yang memanggil kita untuk dihayati dalam masa Adven ini, jika kita mempersiapkan diri untuk perayaan Natal.

Terjemahan diambil dari buku "Sunday into Silence" karangan Pater Gerry Pierse CSsR


Lainnya:







Meditasi Kristiani Online:
Praktek dan Pengajaran Singkat
Six Week
Week 1:


Week 2:


Week 3

Week 4

Week 5

Week 6

Subscribe Youtube: Meditasi Kristiani Indonesia



YOUTUBE: