Home
Kalender Kegiatan Komunitas
Renungan Prapaskah 2018
Bacaan Harian Bersama John Main
Daily Wisdom
Weekly Teaching
Newsletter
Renungan Bacaan Injil
Bahan Pengajaran
> > Bahasa Indonesia
> > Bahasa Inggris
Cara Bermeditasi
Pokok Pengajaran
Oblat WCCM
Kerabat Meditator


Acara Khusus
Jadwal Pertemuan
Kolom Tanya Jawab
Berita & Foto
Sharing
Kepustakaan
Tentang Kami
Hubungi Kami















Links:
Bahasa Inggris
* WCCM
* Programme | Bonnevaux Centre for Peace
* School of Meditation
* Christian Meditation for Priests












Renungan Bacaan Injil:

PENGAJARAN 29: TAHAP-TAHAP PERJALANAN (1)

'Meditasi adalah sebuah cara untuk menerobos dunia khayalan dan memasuki cahaya kenyataan sejati'. (John Main)

Dunia khayalan yang disebut oleh John Main dalam pernyataan tersebut adalah dunia yang kita bangun dari pikiran-pikiran kita. Banyak dari kita yang menyamakan siapa diri kita dengan apa yang kita pikirkan. Menurutmu siapa dirimu? Gambaran tentang diri kita, gambaran yang kita miliki tentang orang lain, dan dunia tempat kita tinggal terbentuk dari pikiran-pikiran: pikiran-pikiran kita sendiri seringkali juga pikiran-pikiran orang lain yang tanpa sadar kita anggap milik kita. Sejak kita dilahirkan, kita menerima pandangan-pandangan orang-orang yang sangat berarti dalam kehidupan kita tanpa mempertanyakannya: orang tua kita, saudara-saudara kita, keluarga besar kita, komunitas kita, teman kelompok kita, masyarakat tempat kita tinggal, dan agama dan budaya tempat kita dibesarkan. Kita membentuk pandangan kita tentang kenyataan berdasarkan pandangan-pandangan yang diterima oleh orang lain dan berusaha untuk menyesuaikannya, agar dapat diterima, dikasihi dan dihormati. Dengan kata lain, kita dikendalikan oleh kebutuhan kita untuk bertahan hidup, kita memungut pendapat-pendapat orang lain dan memungut peran dan sikap yang diharapkan. Seringkali dengan melakukan ini kita lupa siapa diri kita sebenarnya dan terpenjara oleh semua keadaan ini.

Ketika kita bertumbuh, beberapa dari kita punya rasa percaya diri untuk menantang dan menguji pemikiran-pemikiran dan pandangan-pandangan tersebut. Kita merasakan dorongan untuk menemukan siapa diri kita sebenarnya dibalik semua keberadaan, topeng, peran dan fungsi kita. Tetapi menurut John Main, ‘menerobos’ itu tidaklah mudah. Kenyataan bahwa kita dikuasai oleh pikiran-pikiran yang kita dapatkan pada saat mulai bermeditasi. Kita menjadi sadar akan hal yang disebut oleh John Main sebagai ‘pikiran yang kacau dan bising karena dirusak oleh munculnya banyak hal-hal sepele dan pelanturan', sedangkan Laurence Freeman menyebutnya sebagai ‘pelanturan ditingkat pikiran monyet’.

Sekalipun demikian sulit bagi kita untuk melepaskan pikiran-pikiran kita karena kita dibesarkan dan percaya bahwa pikiran adalah aktifitas tertinggi keterlibatan kita. Descartes dari abad ke 17 berkata, 'Aku berpikir, oleh karena itu aku ada', dan dengan demikian dia menghubungkan keberadaan dengan pikiran. T.S. Eliot menggambarkan hal ini dalam ‘Four Quartets’ nya,:ketika orang-orang yang duduk di dalam kereta bawah tanah, terjebak di terowongan, mereka merasa bahwa mereka dihadapkan pada :'Tidak perlu memikirkan kemungkinan timbulnya teror'. Tidak memikirkan ini dirasakan seperti sebuah ancaman terhadap kehidupan kita. Maka tidak heran jika orang-orang takut saat dihadapkan dengan disiplin semacam meditasi yang mendorong agar mereka melepaskan semua pikiran. Oleh karena itu, tahap-tahap perjalanan meditasi, ‘terobosan’ kita, merupakan perubahan hubungan kita dengan pikiran-pikiran kita.

'Terobosan' membutuhkan keberanian dan ketekunan dalam bermeditasi, tetapi keadaan ini akan membimbing kita kepada 'cahaya kenyataan sejati', yang kita ingat dan alami bahwa kita adalah 'anak-anak Allah', 'bait Roh Kudus', dan bahwa 'kesadaran yang ada di dalam Kristus juga ada di dalam diri kita'. (Kim Nataraja)



Lainnya:







Meditasi Kristiani Online:
Praktek dan Pengajaran Singkat
Six Week
Week 1:


Week 2:


Week 3

Week 4

Week 5

Week 6

Subscribe Youtube: Meditasi Kristiani Indonesia



YOUTUBE: