![]() |
||||||
![]() |
||||||
![]() |
Home Kalender Kegiatan Komunitas Renungan Prapaskah 2018 Bacaan Harian Bersama John Main Daily Wisdom Weekly Teaching Newsletter Renungan Bacaan Injil Bahan Pengajaran > > Bahasa Indonesia > > Bahasa Inggris Cara Bermeditasi Pokok Pengajaran Oblat WCCM Kerabat Meditator ![]() ![]() Acara Khusus Jadwal Pertemuan
Berita & Foto Sharing Kepustakaan Tentang Kami Hubungi Kami ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() Links: Bahasa Inggris * WCCM * Programme | Bonnevaux Centre for Peace * School of Meditation * Christian Meditation for Priests |
![]() |
![]() ![]() ![]() Berita & Foto: Sebuah Sharing Pengalaman: RETRET MEDITASI KRISTIANI UNTUK PARA IMAM ![]() Pada tanggal 25 Juni hingga 01 Juli yang lalu, bersama Rm Sing MSF, saya mendampingi retret Meditasi Kristiani untuk para Imam. Retret yang hampir seminggu penuh ini mengambil tempat di rumah retret para Yesuit, Girisonta, Ungaran. Ini kali kedua saya datang ke tempat ini setelah hampir 16 tahun yang lalu saya datang sebagai formator para calon imam karmel Flores untuk mengikuti kursus seleksi panggilan imam (Agustus 1996). Sebuah kenangan yang manis bagiku, seorang imam muda yang masih sangat belia (kala itu saya barusan delapan bulan ditahbiskan menjadi imam). Rumah retret ini benar-benar bagaikan sebuah "oase keheningan" di tengah-tengah lalu lintas jalan raya yang padat dan bising sepanjang waktu. Makhlumlah, rumah retret ini berada di pinggir jalan utama Semarang - Salatiga-Solo dan Semarang-Temanggung-Jogja. Kenyataan ini, tentulah, mengatakan banyak hal tentang keheningan batin di dunia yang bising yang mau diraih oleh para pelaku Meditasi Kristiani. Spiritualitas "kelompok kecil" ![]() Para imam yang ambil bagian dalam retret ini tidaklah banyak. Hanya 13 orang imam saja. Jumlah yang persis sama dengan keduabelas rasul Yesus bersama dengan Yesus sendiri. Walaupun ini kebetulan, namun mengatakan sesuatu. Bagi saya, jumlah yang persis sama dengan jumlah keduabelas rasul plus Yesus, seakan menadaskan visi Dom John Main OSB, penggali doa kontemplatif para abba dan amma padang gurun abad ke-4 ini. Dalam salah satu visinya mengenai gerakan doa kontemplatif ini, ia menemukan "kelompok kecil" sebagai gerak pembaharu kehidupan rohani saat ini. Sejarah telah menunjukkan hal ini, kata John Main. Yesus memulai gerakan-Nya dengan 12 rasul saja. Martin Luther menggerakkan reformasi protestantisme hanya dengan beberapa temannya, awal gerakan pembaharuan Ordo Karmel digagas hanya oleh Teresa, seorang teman suster-nya dan seorang janda kaya. Thomas Merton membaharui doa kontemplatif yang kemudian dikenal dengan Centering Prayer hanya dengan beberapa temannya. Dari deretan data ini, John Main meyakini bahwa hanya dalam kelompok kecil sebuah gerak pembaharuan menjadi mungkin. Hampir sangat sulit melakukan pembaharuan dengan melibatkan banyak orang. Karena itu, ketika memodifikasi doa kontemplatif yang ia sebut Meditasi Kristiani, John Main mengarahkan setiap meditator kepada kelompok-kelompk kecil. Selain dalam kelompok kecil dukungan keakraban dan persaudaraan menjadi lebih mungkin, kelompok kecil juga mempermudah menemukan tempat untuk berkumpul dan bermeditasi bersama. Orang tak perlu repot mencari tempat yang besar, sebuah hall atau aula. Dalam ruang tamu rumah seorang meditator saja sudah cukup. Manfaat kelompok kecil ini menjadi tandas ketika dalam pertemuan akhir retret ini, nampaknya amat tidak sukar bagi para imam dalam kelompok kecil ini memutuskan untuk saling menyemangati dalam komitmen menjadikan praktek meditasi kristiani ini sebagai jalan rohani hariannya dan komitmen untuk membagikan pengalaman keheningan doa kontemplatif ini kepada umatnya masing-masing. Komitmen inilah yang menandai buah baik dari retret perdana Meditasi Kristiani bagi para imam Indonesia ini. ![]() Ini sungguh-sungguh Retret! Romo Fusi Nusantoro Pr, Pastor Paroki Ponorogo, Keuskupan Surabaya, dalam kesan-kesannya mengatakan bahwa retret ini benar-benar sebuah retret. Kesan yang ditangkap hampir oleh semua imam peserta ini bisa dimengerti. Hening total sejak hari pertama disertai empat kali meditasi setiap hari: 3 kali meditasi duduk dan 1 kali meditasi berjalan, membuat retret ini menjadi sebuah olah batin yang intens-mendalam. Para imam yang pada awalnya "tidak sedang berdiri pada titik yang sama" berkenaan dengan praktek doa kontemplatif, berkat keheningan yang mendalam yang dialami selama hari-hari retret ini, akhirnya tidak banyak mengatakan apa-apa lagi selain diam-penuh kagum meresapi apa yang telah dialami pada hari-hari penuh indah dalam keheningan. Setidaknya semua sepakat bahwa doa kontemplatif warisan para Abba dan Amma padang gurun abad ke-4 ini sangat disayangkan terlalu lama disimpan di gudang sejarah. Ya, terlalu lama disimpan saja. Banyak orang kristiani termasuk para imam yang lama tidak bersentuhan dengan warisan rohani yang bernilai ini. Karena itu, pesan romo Sing Msf pada akhir misa penutupan retret: "para imam, kalau anda pulang ke tempat pelayanan anda masing-masing, bawalah selalu sebuah KATA DOA di dalam hatimu…dan bagikan kepada umat mutiara berharga yang barusan anda temukan ini….."! Keheningan dan Dunia yang Serba Artifisial Percakapan-percakapan mengenai Meditasi Kristiani: Praktek, Mantra, Roda Doa, Labirin dan hal lainnya mencapai puncaknya ketika pada hari Minggu pagi, sebelum misa penutupan, kami bersilaturahmi dengan Romo Kardinal, Yulius Kardinal Darmaatmadja SY, di Wisma Emmaus, wisma bagi Yesuit purnakarya. Dengan gembira Romo Kardinal menyambut kami. Dalam percakapan yang singkat dengannya, kami mendapatkan siraman kebijaksanaan yang lahir dari pengalaman hidupnya yang amat kaya. "Kita hidup dalam dunia yang penuh artifisial", kata Romo Kardinal. "Segala sesuatu selalu diusahakan sedap dipadang secara lahiriah, enak dan baik di kulit luarnya", lanjut Romo Kardinal. "Dalam dunia yang serba artifisial dan dangkal ini, dalam dunia yang mengedepankan kulit luar ini, Allah yang berada lebih dalam di balik yang artifisial dan dangkal ini, tidak dapat dijumpai dan dialami. Hanya keheningan saja yang bisa membantu menyelam lebih jauh ke dalam kedalaman Allah. Ya, hanya keheningan saja yang bisa membantu kita menemukan dan mengalami Allah yang berada di dalam kedalaman hati. Dalam konteks inilah Meditasi Kristiani menjadi penting", tandas Romo Kardinal. Menanggapi kata-kata kebijaksanaan Romo Kardinal ini, mewakili panitia dan umat, ibu Oeke, seorang meditator dari Solo, menyampaikan harapan kepada Romo Kardinal agar "semakin banyak imam yang bisa menghargai keheningan di dalam hidup dan pelayanannya agar hidupnya menjadi semakin menjadi berkat bagi banyak orang". Akhirnya, untuk menutup pertemuan ini Romo Kardinal memberikan doa dan berkatnya sambil meminta agar para imam peserta retret Meditasi Kristiani membagikan juga buah rohani yang amat berharga ini kepada umat yang dilayani. Berita & Foto Lainnya:
|
![]() |
![]() Meditasi Kristiani Online: Praktek dan Pengajaran Singkat Six Week Week 1: ![]() Week 2: ![]() Week 3 ![]() Week 4 ![]() Week 5 ![]() Week 6 ![]() Subscribe Youtube: Meditasi Kristiani Indonesia ![]() YOUTUBE: ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |