Kebanyakan dari kita sekarang ini mungkin merasakan sedikit bahkan kegagalan yang sangat terhadap latihan prapaskah kita. Kita tidak menyelesaikannya dengan baik. Atau barangkali kita seharusnya dapat melakukannya dengan lebih baik. Pemeriksaan hati nurani sesekali dapat bermanfaat untuk menghilangkan umpan balik negatif yang memutar kita turun. Hal ini juga dapat membantu untuk memutuskan rasa sadar diri yang mendasari pemisahan antara yang nyata dan yang dibuat-buat.
Yang nyata adalah kita tidak pernah sempurna dan usaha ataupun sikap apapun tidak dapat meyakinkan kita bahwa kita adalah sempurna atau dapat menjadi sempurna. Jika orang-orang memuja kita, itu urusan mereka. Apapun juga ada perubahan nilai akhir-akhir ini bagi bintang pujaan dan pahlawan - nonton saja ajang penghargaan Oscar. Tanggung jawab kita adalah untuk tetap rendah hati - yang artinya tetap menapakkan kaki kita dibumi.
Sekalipun kesempurnaan menyusup ke dalam, bahkan masuk ke dalam kerendahan hati kita yang sangat terbatas. Jadi kita harus selalu memeriksa virus tersebut - para bapa padang gurun menyebutnya menjaga hati - dan langsung menangkapnya begitu muncul.
Aku tidak menepati janjiku, niat-niat baikku runtuh, meditasiku adalah suatu pelanturan yang terus menerus. Ada banyak suara dan sindiran yang memungkinkan virus itu bertaut kembali.
Tetapi, setiap perasaan gagal dapat diubah dan dibalik menjadi keberuntungan. Menangkap dan membuang virus tersebut, langsung akan memperdalam pengenalan diri, penerimaan diri dan pengendalian diri kita. Pemeriksaan kenyataan ini segera menimbulkan perasaan bebas dan sukacita yang mendalam - seperti yang datang dari sumber sejati, bukan kebebasan dan sukacita yang kita buat sendiri.
Setiap kali rasa gagal itu mencengkeram, periksalah apakah memang tepat - kemudian baik itu tepat ataupun tidak tepat atau bahkan tidak anda yakini - kesampingkan saja. Hidup dalam kebebasan dan kemurnian padang gurung maksudnya adalah mengesampingkan semua pemikiran semacam itu.