Berilah maka hadiah-hadiah akan engkau dapatkan: suatu takaran penuh, dipadatkan, digoyang-goyangkan dan digilas akan dicurahkan ke dalam ribaanmu; sebab jumlah ukuran yang kamu gunakan akan diukurkan kembali kepadamu. (Luk 6: 37)
Tahap pertama dari memberi (salah satu latihan Prapaskah kita) adalah untuk menunda pengambilan – atau sekurang-kurangnya mengambil seadanya saja. Saya sering heran dan disadarkan betapa banyaknya saya menerima begitu saja; betapa beruntungnya saya menerima kemurahan hati orang lain tanpa ada rasa syukur secara tulus yang muncul dari rasa heran itu dan dari rasa diri tidak berharga (bukan penolakan diri). Ketika hal itu terjadi, suatu ukuran rasa syukur sebenarnya dirasakan. Kemudian setelah bersyukur atas hal ini atau itu, kita akan dipenuhi oleh rasa terima kasih sederhana apa adanya – yang sebenarnya merupakan keadaan kesadaran murni, merasakan doa murni.
Lebih baik seseorang diyakinkan bahwa dia ‘berharga’ melalui penerimaan kemurahan hati orang lain daripada merasa bahwa memang hak kita untuk menerimanya. Namun selama ini ego itu seringkali lebih licik. Jadi seringkali kita mengatasi hidup sehari-hari kita dengan kurangnya tingkat kesadaran untuk melakukan relasi sejati dengan orang lain dan dengan kerendahan hati yang agak munafik.
Sabda Yesus di atas menyangkal kita untuk melakukan pilihan untuk mengatasi atau menipu diri. Kita terapkan itu saat kita bermeditasi dan juga dengan cara-cara lain, didukung dengan meditasi, karena kita tidak memberi perhatian pada diri kita sendiri melainkan pada orang lain. Perhatikan nadanya – bukan nada orang yang berperilaku baik: engkau harus melakukan ini atau itu. Melainkan nada pewahyuan: beginilah caranya dan, jika engkau bisa melihat yang ada di sana, engkau dapat melihat bagaimana hal ini selanjutnya.
Pesan hari ini tentang memberi, dengan jujur menyatakan unsur kepentingan diri pribadi yang menarik perhatian kita – menjadi orang pemberi dan engkau sewajarnya akan menerima pemberian. Hal itu muncul dalam hidup sehari-hari – baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang. Namun dibalik kepentingan pribadi tersebut, dalam ajaran ini – ada sekilas cakrawala alami tentng kenyataan mutlak. Pada mulanya tampak seperti percikan kabut yang bersinar. Semakin kita mendekat, air terjun besar pencipta kasih muncul, selalu mengalir dari arah yang sama, yaitu Tritunggal.