Kitab Keluaran secara tradisional,adalah kitab pendamping Prapaskah. Kitab ini menceritakan kisah - atau tepatnya mitos dasar - tentang pelarian bangsa Israel dari tindasan di Mesir. Catatan sejarah tidak mendukung secara harfiah kisah ini namun hal ini merupakan salah satu cerita lanjut tentang arti,kemanusiaan. Suatu kebenaran yang lain lagi.
Dalam pemikiran para guru rohani secara tradisi, kisah tersebut merupakan kiasan tentang perjalanan jiwa dari diri yang kecil menjadi diri sebenarnya. Dalam dunia diri yang kecil kita ditindas oleh ketakutan dan paksaan diri kita sendiri. Kita adalah tawanan diri kita sendiri. Namun ada sesuatu - inilah misterinya - sesuatu yang mendorong kita ke atas dan keluar dari kekerdilan jiwa ini. Yang mengundang kita untuk mengembangkan kebebasan dan membangkitkan seluruh pribadi (baik dalam komunitas maupun sendiri agar tidak terasingkan dan kesepian) menuju Allah.
Oleh karena itu, kebangkitan rohani dimulai dengan pertanyaan manusia semesta 'siapakah aku (sebenarnya)?' Dalam film -film Bourne (Bourne Identity) - yang merupakan Kafka modern - suatu kiasan - berkat peran yang simpatik namun membingungkan ia sampai lupa siapa dirinya. Tetapi dia tahu bahwa dia sedang diikuti oleh kekuatan-kekuatan jahat yang menyerang sesuatu yang paling berharga dari dirinya. Dia dituduh melakukan kejahatan yang tidak diingatnya sama sekali. Untuk dapat menemukan kembali siapa dirinya, itu masalah hidup dan mati.
Ketika Musa, pada masa tuanya, terantuk pada Semak yang Terbakar, hidupnya diubah oleh yang Kudus. Musa diminta oleh api yang tak padam itu untuk melepas kasutnya (diri yang lama) karena tempat yang dipijaknya itu adalah kudus. Namun kemudian, dari pengalaman kontemplasi ini - pengalaman pencerahan jika memang pernah ada - mendorong dia untuk bertindak. Dia harus membebaskan rakyatnya. Dengan enggan dan penuh keraguan, Musa menyetujui tawaran itu sama juga tak seorangpun dari kita akan menolak ketika kita mempertahankan kejujuran. Namun dia ingin tahu siapa namanya Allah dan yang dia dapatkan hanyalah "Aku adalah Aku". Ada saja cukuplah.
Perjalanan kita untuk pengenalan diri dapat dilaksanakan dalam tugas dan tanggung jawab hari demi hari dalam hidup kita. Asalkan tanah yang kita pijak setiap hari itu kudus. Inilah yang diajarkan oleh meditasi harian kita dan buah-buah meditasinya.