Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)." Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."
Dalam Injil minggu ini kita mendengar pertanyaan Yesus yang pertama seperti yang tertulis dalam Injil Santo Yohanes, "Apakah yang kamu cari?". Atau dengan kata lain: Apa yang Anda inginkan? Mengapa Anda berada disini? Mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan? Pertanyaan tentang apa yang kita inginkan adalah sangat penting dalam segala tindakan kita. Keinginan kita menjadi tolok ukur untuk baik buruknya suatu tindakan dilihat dari sudut moralitas. Suatu tindakan adalah buruk jika maksudnya jahat. Suatu bentuk kejahatan akan berkurang jahatnya jika kejahatan itu dilakukan dengan maksud baik. Prestasi juga sangat tergantung dari maksud dan tujuan kita. Jika saya sungguh-sungguh bermaksud dan berkeinginan mencapai sesuatu, maka saya akan mencari jalan untuk mendapatkannya. Jika keinginan saya lemah, maka saya akan mudah menyerah. Maksud saya adalah motivasi saya, dan alasan saya untuk berbuat apa saja - usaha atau doa - adalah sangat penting dalam mengukur kelayakan dari apa yang saya perbuat. Dalam surat Yakobus 4:3 dikatakan "Bila kamu berdoa, kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."
Karena itu Yesus bertanya kepada para murid "Apakah yang kamu cari? Dan mereka menjawab "Dimanakah Engkau tinggal?" "Marilah dan kamu akan melihatnya." kata-Nya kepada mereka. Sepintas hal ini dapat dianggap seperti suatu pertanyaan untuk mengetahui rumah atau tempat tinggal Yesus. Namun Injil Yohanes biasanya mengungkapkan sesuatu secara simbolis yang lebih mendalam. "Dimanakah Engkau tinggal?" menunjuk kepada kesadaran batin Yesus yang lebih dalam. Para murid merasakan sekilas sesuatu yang lebih mendalam dalam diri Yesus dan mereka ingin mengalaminya.Yesus berkata "Marilah dan kamu akan melihatnya." Marilah dan ambillah bagian dalam kesadaran batin-Ku, dalam pengalaman-Ku. Dalam hal ini, Yesus mengundang mereka kepada kebenaran dan kehidupan batin yang ada dalam diri-Nya dan melalui-Nya. "Mereka pun datang dan melihat dimana Ia tinggal: dan hari itu mereka tinggal bersama dengan Dia." Mereka mengunjungi-Nya secara lahiriah, namun mereka juga mengalami-Nya di dalam batin mereka dan sedikit banyak mengalami cahaya kasih-Nya.
Santo Yohanes menambahkan, "Waktu itu kira kira pukul empat" Ini adalah angka pemenuhan. Kemudian salah seorang murid, yaitu Andreas, bertemu dengan saudaranya Simon dan ia berkata kepadanya, "Kami telah menemukan Mesias."
Kami telah menemukan Dia yang dipenuhi oleh Roh Kudus, yang hidup secara penuh. Mereka pergi "dan melihat". Ini pasti merupakan suatu pengalaman yang memberikan hidup dan kekuatan bagi murid-murid-Nya yang pertama.
Dari cerita ini kita dapat melihat bahwa Yesus mengundang kita untuk mengalami pencerahan (untuk menjadi lebih gembira dan lebih cerah) sebagai motivasi dalam mengikuti-Nya. Jika kita mengikuti-Nya, kita bertumbuh dalam cara memandang sesuatu, dalam pencerahan, dan akhirnya kita tidak mempunyai keinginan lagi. Kita akan menemukan diri kita tidak mempunyai keinginan apa apa lagi, kecuali persatuan dengan-Nya dalam keterbukaan yang tanpa pamrih. Paradoks ini tidak menjadikan kita diam dan pasif, tetapi justru kepada perbuatan yang lebih produktif dan bebas dari ego.
Setiap orang yang dengan serius memulai perjalanan rohani ini, telah mendengar panggilan Yesus "datanglah dan lihatlah" dengan lebih mendalam. Keinginan-keinginan kita mula-mula dapat beraneka ragam. Kita mungkin ingin kelihatan suci, atau mengalahkan ketakutan atau nafsu atau kemarahan, atau mendapatkan kedamaian batin. Jika kita bertumbuh lebih mendekat pada pribadi Kristus, penglihatan kita menjadi lebih baik dan motivasi serta maksud tujuan kita dimurnikan. Kemudian kita ingin berbagi karunia yang sangat berharga ini kepada orang lain.
Menurut pengalaman saya, latihan harian meditasi akan merubah cara kita pulang bersama Yesus. Saya juga ingin mengundang Anda untuk datang dan melihat. Cobalah bermeditasi dua kali sehari.