Pesan Kristiani, timbul dari suatu wawasan yang tak terkatakan dalamnya dan dipancarkan melalui keheningan sepenuhnya dalam roh, sangat menyulitkan. "Allah menjadi manusia sehingga dengan demikian manusia dapat menjadi seperti Allah."
Pernyataan teolog dari jaman gereja awali ini kedengarannya lebih berani dibandingkan dengan resiko yang akan ditanggung oleh kebanyakan teolog jaman sekarang dan dengan keras menentang usaha dualisme gnostik serta berusaha melunturkannya. Maksudnya tentu saja hanya dapat dipahami melalui pengalaman hidup kita bila kita mencobanya, namun kita seringkali lemah untuk menjalani hidup seolah-olah itulah pusat kebenaran, hal yang sebenarnya dalam keadaan apapun.
Hal itu menyatakan bahwa Inkarnasi adalah Allah yang dipusatkan menjadi seorang manusia sehingga Allah dapat benar-benar 'menjadi manusia sepenuhnya'. Bagaimana mungkin seorang dapat menjadi manusia tanpa pernah menjadi manusia disuatu waktu dan tempat tertentu? Para teolog yang berpengalaman berpikir hal ini diperlukan namun penderitaan yang harus dialami oleh pribadi yang satu ini tak dapat dihindari. Allah dibutuhkan untuk menjadi manusia. Yesus, sebagai pemenuh kebutuhan ilahi ini tidak diharapkan menderita melebihi kemampuan yang dapat ditanggung oleh manusia. (Bapa jika ini kehendak-Mu, biarkanlah cawan ini berlalu daripada-Ku).
Doktrin ini sekarang mungkin kedengarannya abstrak dan agamis bagi kebanyakan orang. Sebenarnya, ini mengubah cara kita berinkarnasi kedalam perjalanan kehidupan kita yang khusus ini melalui semua tahapan-tahapan perkembangan kita. Membantu kita untuk tidak memperlihatkan sikap kekanak-kanakan ataupun tingkah laku belum dewasa seperti yang kita lihat dalam banyak konflik-konflik kekerasan yang terjadi dan tentu saja juga dalam masalah-masalah pribadi kita.
Hal ini juga mengajarkan kita cara yang semestinya menangani penderitaan. Seperti yang dikatakan oleh Leonard Cohen, kita harus belajar berkeluh kesah hanya dalam batasan yang tepat sebatas itu baik dan bermartabat. Kecenderungan ego untuk mengasihani diri sendiri akan mengakibatkan kita tersingkir dan tidak disukai. Namun bila kita mengetahui tujuan kita, apapun penderitaan yang kita hadapi, memberikan kita rasa welas asih dan bermartabat untuk menjalani penderitaan, kekecewaan maupun kehilangan.
Inilah sebabnya Prapaskah adalah waktunya bagi orang Kristiani. Inilah sebabnya meditasi adalah doa Kristiani. Bukan untuk menghukum diri sendiri karena kegagalan kita atau sekedar mencari pencerahan sebagai pelarian dari penderitaan. Tetapi agar menjadi manusia sepenuhnya, sadar keseluruhannya, supaya kita dapat benar-benar 'menjadi seperti Allah' karena kita telah direncanakan demikian.