Sebagian besar kehidupan kita, seperti detak jantung, siklus yang kita jalani mulai dari tidur sampai bangun merupakan kejadian yang berulang. Kemungkinan itulah alasannya manusia menjadi kreatif dan gelisah, mencoba melepaskan diri dari irama alami yang sepertinya menjerat kita. Sekalipun demikian , tidak seperti halnya katak atau jamur, kita menyadari dan dapat mengatakan ada pengulangan alami dalam kehidupan. Kesadaran itu sendiri sudah merupakan pelepasan kita untuk mengatasi siklus karma agar masuk kedalam sesuatu yang berbeda yaitu yang bercirikan kebebasan yang tak terbatas.
Disitulah kendalanya. Di satu pihak kita ingin melepaskan diri tetapi di lain pihak kita tidak ingin terlalu banyak kebebasan. Kita lebih menyukai ada ikatan lembut yang mengikatkan kita pada sesuatu yang sudah kita kenal dan kita duga menjadi semacam tali kekang panjang tetapi bukanlah kebebasan yang gemilang.
Namun, setelah kita amati lebih dekat, tidaklah mungkin untuk mengulang segala sesuatu persis sama benar karena setiap sendi dan tulang rawan, setiap sekrup dan bagian mesin menjadi aus dan selanjutnya usang. Pembicaraan mengenai kematian, ketidak abadian, merupakan awal dari kesadaran besar.
Dari pengalaman saya, tidak ada suatupun yang lebih benar dibandingkan dengan meditasi dan kesetiaan untuk mengulangi mantra. Meditasi yang memotong ikatan lembut tersebut serta mengangkat kita melampaui siklus pembusukan alami untuk memasuki saat kini tempat kita mendapatkan kekuatan untuk terbang ke alam rohani, paling tidak di dunia ini.
Laboratorium Cern beberapa waktu lalu membuat kecewa banyak orang yang berharap bahwa penelitian awal yang mereka lakukan akan dapat membuktikan bahwa kecepatan cahaya bukanlah yang tercepat di alam semesta ini. Sampai sekarang ini memang masih yang tercepat. Kecuali untuk kasih dan kesetiaan yang menggerakkan semua pengulangan.