PENGAJARAN 17: CONTOH CERAMAH MEMPERKENALKAN MEDITASI PADA PENDENGAR MAYORITAS KRISTIANI(2)
Beberapa saran bahan ceramah untuk kelompok mingguan. Pokok-pokok berikut adalah bahan masukan untuk serangkaian ceramah. Batasi kata pembukaan paling lama 15 menit dalam pertemuan kelompok mingguan Anda.
- Menyoroti pentingnya John Main sebagai seorang guru rohani. Kita menemukan kembali jalan meditasi kita – pengulangan sebuah kata doa untuk masuk keheningan –tulisan-tulisan Yohanes Kasianus, seorang rahib dari abad ke 4, sumbangannya sangat besar untuk pemulihan tradisi rohani dan doa kontemplatif. Setelah cara doa ini berkembang subur bagi pertapa-pertapa Kristiani di Padang Gurun dalam abad ke 4 dan ke 5, doa ini dianggap hanya cocok bagi para orang kudus dan beberapa rahib rohani khusus atau biarawati, pastinya bukan untuk orang-orang biasa. Tetapi John Main menekankan bahwa meditasi adalah untuk siapa saja: 'Meditasi itu alami bagi Roh, seperti bernafas bagi tubuh.' Setelah John Main meninggal, Laurence Freeman memimpin The World Community for Christian Meditation.{WCCM}
- Tekankan bahwa meditasi itu sederhana; bukan suatu teknik yang rumit, tidak ada teori yang sulit untuk dikuasai, tetapi membutuhkan disiplin – latihan dua kali sehari akan membimbing ke dalam doa yang terus menerus. Latihan ini adalah disiplin yang diterapkan pada diri sendiri – anda bebas memilih mau bermeditasi atau tidak.
- Perkenalkan konsep tentang Mantra, sebuah kata dari bahasa Sansekerta, tetapi sekarang sudah masuk dalam Kamus bahasa Inggris Oxford dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya adalah: 'yang membersihkan pikiran'. Yohanes Kasianus menggunakan istilah 'formula' dan diterjemahkan oleh John Main sebagai 'mantra'. Kita menggunakannya dalam pengertian yang dibicarakan dalam buku tanpa nama pengarang 'Way of the Pilgrim' (Jalan Peziarahan) sebagai ‘doa Yesus’, suatu kata doa yang kita ulang dalam hati. John Main menganjurkan 'Maranatha' – sebuah doa penting dalam bahasa Aram – bahasa yang digunakan oleh Yesus – bagi umat Kristiani awal, artinya: 'Datanglah Tuhan' dan 'Tuhan datanglah'. St. Paulus menggunakannya dalam 1 Kor 16; St. Yohanes menutup kitab Wahyu dengan kata tersebut dan menurut teolog modern, kata tersebut adalah kata kunci yang digunakan oleh para umat Kristiani awal untuk menghadiri perayaan Ekaristi rahasia selama masa pembantaian.
- Jelaskan tujuan Mantra. Mantra menyederhanakan dan menyatukan pikiran dan membebaskannya dari segala gangguan. Hasilnya adalah hening waspada, saat kita terpusat pada Allah. Dengan mengheningkan pikiran-pikiran kita, kita 'meninggalkan diri kita' (Lukas 9:23) menjadi lebih perhatian pada Allah dan sebagai hasilnya kita lebih perhatian terhadap orang lain dalam hidup sehari hari. Dengan membatasi diri kita pada 'kemiskinan kata tunggal' (Kasianus) kita menjadi 'miskin dalam Roh' (Matius 5: 3). 'Arahkan pikiranmu pada Kerajaan Allah dan keadilannya mendahului segalanya' (Matius 6: 33-34). Jelaskan bagaimana mengucapkan Mantra: dengan lembut; jangan menilai; jangan berharapkan mencapai sesuatu; jangan menggunakan mantra sebagai tongkat untuk memukul pikiran-pikiran Anda; ucapkan dengan iman dan kasih.
- Jika mantra tidak disertai dengan iman dan kasih, maka mantra tidak ada artinya; mantra hanya menjadi sebuah mekanisme saja. Sungguh berbahaya untuk mempercayakan diri pada mekanisme mantra. Sebaliknya, sebagai ungkapan iman dan kasih, mantra menjadi sebuah alat yang sangat luar biasa untuk menuntun iman Anda dan membuka diri Anda pada Allah.' (Bede Griffiths: 'Ciptaan Baru dalam Kristus').