Home
Kalender Kegiatan Komunitas
Renungan Prapaskah 2018
Bacaan Harian Bersama John Main
Daily Wisdom
Weekly Teaching
Newsletter
Renungan Bacaan Injil
Bahan Pengajaran
> > Bahasa Indonesia
> > Bahasa Inggris
Cara Bermeditasi
Pokok Pengajaran
Oblat WCCM
Kerabat Meditator


Acara Khusus
Jadwal Pertemuan
Kolom Tanya Jawab
Berita & Foto
Sharing
Kepustakaan
Tentang Kami
Hubungi Kami















Links:
Bahasa Inggris
* WCCM
* Programme | Bonnevaux Centre for Peace
* School of Meditation
* Christian Meditation for Priests












Renungan Bacaan Injil:

Pengajaran 5: BAGAIMANA KITA MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK BERMEDITASI?

Pater John Main menemukan kembali meditasi, pengulangan setia suatu kata doa yang membawa kita masuk dalam keheningan doa 'murni'. Puncak sukacitanya adalah saat dia menemukan doa ini dalam tulisan seorang rahib Kristiani Yohanes Kasianus diawal abad ke 4. Beliau dengan setia duduk di kaki banyak pertapa Kristiani di padang gurun Mesir ketika itu, untuk belajar tentang doa dan tentang cara memimpin kehidupan Kristiani sejati. Kasianus menekankan bahwa latihan ini menuntun pada keheningan doa 'murni', doa kontemplatif, tanpa kata-kata dan membayangkan. 'Dengan demikian pikiran akan mengusir dan menekan berbagai masalah pikiran yang datang silih berganti dan membatasi dirinya pada kemiskinan satu kata.' Dia melanjutkan dengan menekankan pentingnya mantra: 'Mantra ini harus selalu berada di dalam hatimu. Ketika engkau tidur, usahakan terus mengucapkan kata ini dalam hatimu, sampai engkau terbentuk olehnya dan engkau terbiasa mengulanginya bahkan di dalam tidurmu.' Secara setia mengulang ungkapan doa ini, hanya mengucapkan kata doa ini, tidaklah semudah kedengarannya. Kita perlu mempersiapkan masa ini; kita tidak dapat mengharapkan untuk memusatkan perhatian sepenuhnya pada kata doa kita tanpa adanya persiapan. Ketika John Main ditanya, bagaimana kita harus mempersiapkan diri untuk bermeditasi, dia berkata 'dengan banyak laku kebaikan'. Kita harus ada dalam lingkup pikiran yang tepat. Bila kita berusaha untuk bermeditasi setelah adu mulut sengit dengan seseorang tentunya tidak akan berhasil bukan? Kehidupan sehari-hari dan kehidupan doa kita tidak dapat dipisahkan: 'Karena engkau hidup, maka engkau berdoa' adalah pepatah umum umat Kristiani Gereja Perdana.

Di dunia tempat tinggal kita, hidup kita cenderung sibuk dan penuh tekanan. Jika kita merasa sangat lelah, sebaiknya kita tidur sejenak sebelum hadir dikelompok meditasi kita. Melakukan gerakan peregangan Yoga, satu atau dua gerakan Tai Chi juga membantu menambah tenaga. Selain dari , yang kita lakukan itu, bila kita terlelap sebentar, itupun tidak apa-apa, walau seringkali disertai dengan suara mendengkur yang lembut! Sekalipun mendengkur, suara-suara lain yang timbul selama meditasi sebenarnya merupakan latihan yang bagus agar diri kita terlepas dari hal-hal diluar diri kita, kemudian secara lembut kembali dan memusatkan diri pada kata doa kita. Secara keseluruhan suara- suara itu sebenarnya tidak mengganggu kita, selama kita tidak merasa jengkel olehnya. Kita hanya butuh untuk menerimanya saja, begitulah seharusnya. Tidak ada penilaian, tidak ada celaan.

Alasan kita duduk dengan punggung tegak dan pundak kita ke belakang dan santai, karena posisi ini juga membantu kita untuk tetap terjaga: dada kita terbuka bebas, agar kita dapat bernafas dengan baik dan oksigen dapat mengalir dengan bebas seputar tubuh kita agar menjaga kita tetap terjaga. Rileks dan tertidur, - betapapun diperlukan - sebenarnya bukanlah tujuan meditasi; perhatian yang terpusat diperlukan untuk meditasi. Ini sebenarnya adalah cara untuk tetap terjaga dan mendapatkan energi. Kita dapat mulai dengan beberapa kali menarik nafas dalam sekali langsung ke perut yang membuat kita rileks dan sekaligus memberi tenaga.

Tugas utama bermeditasi adalah 'mengucapkan kata doa Anda'. Itulah fokus perhatian kita . Kata doa yang dianjurkan oleh John Main adalah 'Maranatha'. Kata tersebut adalah doa Kristiani tertua dalam bahasa Aram, bahasa yang digunakan oleh Yesus. Kita mengucapkannya dalam empat suku kata dengan tekanan yang sama - Ma-ra-na-tha. Tidak masalah bila Anda mengucapkannya dengan lafal 'th' seperti bahasa Inggris atau dengan lafal 't'. Cara pengucapannya tidaklah penting. Anda hanya perlu mengingat bahwa dalam berdoa kepada Yesus, kita mengucapkan nama-Nya berbeda-beda berdasarkan semua bahasa di dunia ini, tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi keberhasilan doa tersebut. Terlebih lagi, dalam bahasa Aram, teman-teman dan keluarga-Nya memanggil-Nya Yeshua. Yang terpenting adalah Anda mengucapkannya dengan penuh perhatian, dengan kasih dan kesetiaan. Setiap kali pikiran Anda melantur, dengan lembut kembalikan pikiran pada kata doa tersebut. Beberapa orang merasa terbantu mengucapkan kata itu bersama tarikan nafasnya, namun bila hal ini menyebabkan pelanturan, maka pusatkanlah pada kata doa Anda dan ucapkanlah dengan kecepatan yang sesuai dengan diri Anda.

Kim Nataraja


Lainnya:







Meditasi Kristiani Online:
Praktek dan Pengajaran Singkat
Six Week
Week 1:


Week 2:


Week 3

Week 4

Week 5

Week 6

Subscribe Youtube: Meditasi Kristiani Indonesia



YOUTUBE: