Dia selalu mengasihi mereka yang menjadi miliknya di dunia, namun sekarang Dia menunjukkan betapa sempurna kasih-Nya itu.
Pada upacara perjamuan terakhir yang Yesus adakan bersama sahabat-sahabat-Nya, Dia berusaha sekuat tenaga merayakannya itulah yang menjadikannya sengsara. Simbol roti dan anggur, buah-buahan hasil bumi dan bahan pokok pangan lokal sehari-hari, digunakan baik sebagai makanan maupun perayaan.
Ketika kita merayakan sesuatu , kita ungkapkan dengan sepenuh hati rasa puas yang mendalam dan sepenuh hati kepada yang memelihara kita. Kita tidak memimpikan apapun juga di luar jangkauan kita ataupun merancang harapan-harapan kebahagiaan kita untuk masa depan. Dan jika selanjutnya kita ingin membagikan apa yang kita miliki secara adil dan merata, kita menjadikan kebahagiaan manusia secara khusus menjalin persahabatan sejati. Suatu kepuasan diri baik yang dimasukkan maupun yang diluar pengertian manusia. Dalam kebahagiaan itu kita merasakan kecemasan hati manusia diluar pengertian manusia, bersama dengan semua ketakutan dan hasrat, dalam suatu kepastian yang utama dan akrab bahwa kita aman dalam naungan kasih orang-orang yang bersama kita.
Ketika Dia mengadakan upacara sederhana yang memperkenalkan masyarakat dan budaya-Nya, roti kering dan anggur meja semuanya menjadi diri dan yang dirasakan-Nya. Apa lagi yang dapat kita katakan pada mereka yang kita kasihi selain 'Aku berikan tubuh-Ku dan semua itu maknanya adalah siapa Aku bagimu'? Dalam penyampaian diri ini, dalam suatu upacara yang dibuat secara nyata gaib oleh kepenuhan hati dengan kekuatan yang dipusatkan, yang lokal menjadi semesta. Peristiwa ini terikat oleh saat tertentu yang bergerak ke saat kini yang abadi. Sebuah sakramen.
Setelah perjamuan terakhir yang pertama itu , para rasul penerus itu melanjutkan penyampaian ini. Perjamuan agape telah lahir. Dalam kegiatan saling mengasihi dan berbagi diri, perjamuan makan bersama ini menjadi sebuah tayangan ulang dalam waktu nyata penyampaian diri yang mengubah waktu dalam ruang. Entah bagaimana, perjamuan ini kemudian menjadi sumber kesombongan dan perpecahan, menyangkut untuk menjaga identitas, bukannya berbagi diri. Yesus memberikan roti pada Yudas.
Kemudian kita diberitahu bahwa kita harus dalam keadaan hormat ketika menerimanya. Santapan keakraban menjadi peristiwa hirarkis. Obat menjadi tidak manfaat menyembuhkan bagi mereka yang mengira dirinya sehat.
Meditasi memulihkan makna dari perjamuan yang dirayakan bagi yang memelihara kita. Kehadiran dalam santapan di altar adalah sama dengan santapan kehadiran di dalam hati kita. Yang di dalam dan di luar menjadi satu. Kita disembuhkan karena kehadiran itu nyata.
Santapan tersebut adalah kunci akan maknanya Salib.