Retret Pekan Suci kita dimulai di Pulau Bere kemarin. Disini orang-orang datang dari berbagai belahan dunia dan juga orang dari pulau ini dan Semenanjung Beara yang keindahan alamnya luar biasa, baik yang tidak rata maupun yang rata.
Banyak orang di seluruh dunia juga akan berpartisipasi lewat internet. Banyak kegiatan sekarang telah ditempati dan ditaklukkan oleh teknologi. Tentu saja ada perbedaan besar antara kehadiran maya dan kehadiran fisik, namun kehadiran adalah salah satu cara. Yang terpenting adalah perhatian. Seseorang yang hadir secara fisik bisa jadi tidak dianggap hadir karena mereka tertidur selama ceramah dan pendengar dari belahan dunia yang lain bisa hadir sepenuhnya karena mereka mendengarkan dengan penuh perhatian.
Waktu lebih sulit untuk ditaklukkan. Kita dapat mempercepat proses perjalanan tetapi secara fisik kita tidak dapat berada di dua tempat sekaligus. Waktu yang diperlukan untuk melaluinya mengungkapkan suatu segi keberadaan dasar manusia yang tidak dapat dihindari. Menjadi manusia adalah untuk dibatasi. Hanya secara rohaniah kita sepenuhnya berada di sini dan saat kini.
Kita memasuki yang rohani melalui kekuatan dari perhatian murni yang melampaui kemampuan manusia yang membatasi ego. Bagi kita, selama pekan ini, kisah Sengsara, kematian dan Kebangkitan Tuhan adalah pintu masuk menuju daerah ini. Kekuatan perhatian adalah kunci untuk membukanya. Dalam Roh Kudus, kekuatan dari semua pembatasan diangkat. 'Ditempat keberadaan Roh di situ ada kebebasan'. Keadaan jiwa tertentu dapat menyerupai kebebasan Roh ini. Banyak orang mendambakan keadaan kebebasan ini dan menggunakan cara apapun yang dibuat untuk mewujudkannya. Namun dengan cara apapun semuanya ini namun keterbatasan ruang dan waktu akan melemahkannya dan membelokkannya, bukan melampauinya. Cara spiritual menghormati hukum alam.
Ketika dimensi spiritual terbuka bagi kita - di dalam diri kita - terpancar suatu cahaya baru ke tempat yang ruang dan waktunya dibatasi yaitu ditempat kita hidup ini. Kita masih tetap manusia - yang dibatasi - tetapi keterbatasan tersebut tidak menghalangi untuk terbuka sepenuhnya keberadaan kita pada yang ilahi. Kita menjadi manusia yang ilahi.
Misteri Paskah itu mirip dengan yang dijaman dahulu disebut upacara permulaan/inisiasi. Transformasi terakhir belum terjadi. Tetapi di sini dan sekarang - jika kita tidak tertidur, jika kita menaruh perhatian lepas dari keterbatasan kita dan penderitaan yang ditimbulkannya - kita mulai proses tersebut dan mencicipi anggur baru yang diminum oleh Yesus bersama kita dalam Kerajaan Allah.
Langkah pertamanya adalah memasuki kisah tersebut dan membiarkannya berkarya di dalam diri kita. Meditasi membantu kita untuk mendengarkannya dan sekaligus membukakan diri kita pada alam roh yang tak terbatas yang merupakan maksud dan tujuan dari kisah tersebut.